Sudah menjadi rutinitasnya untuk menjemput dan mengantar syaqil serta syaqila ke sekolah. Seperti saat ini, ia beserta supirnya sedang menuju dimana sekolah twiss tersebut berada.
Ya habibi..
"Assalamu'alaikum, ada apa?" Ucapnya saat telepon sudah terhubung
"..."
"Apa tidak bisa kamu selesaikan? Saya akan membantu dari sini" ucapnya
"..."
"Hubungi bella. Minta bantuan padanya, nanti saya juga akan menghubunginya" ucap ning tasya masih dengan nada tenang
Menghindar? Bukan menghindar, hanya sedikut trauma yang ia rasakan membuatnya sulit untuk kembali ke daerah itu.
"..."
"Baik' ning tasya menjeda. Siapkan semuanya, saya akan kesana bersama syaqil dan syaqila" ucap ning tasya
Mungkin sudah saatnya ia untuk berusaha lebih keras lagi menghilangkan rasa trauma itu.
Lagi pula bukan sepenuhnya salah mereka, bukan? Ia pun ikut andil dalam terjadinya permasalahan itu.
Mungkin juga sudah waktunya ia memperkenalkan anak-anaknya tempat penuh kenangan milik sang ammah. Dan, mereka pun hanya berkunjung beberapa waktu, bukan? Jadi kenapa dia harus ragu dan takut.
"Asf sayidati , laqad wasalna' Maaf nyonya, kita sudah tiba"
Ia tersadar dari lamunannya. "ah naeam' ah iya"
Ning tasya turun dari mobil, tapat di depan gedung indah yang menyerupai lingkaran ini. Sedangkan mobil tersebut kembali jalan menuju tempat parkir yang tersedia.
"Ning?"
Ning tasya menoleh, namun seperkian detik ia menundukan pandangannya. "Assalamu'alaikum gus" ucapnya
"Wa'alaikumsalam, ingin jemput syaqil dan syaqila, ning?" Tanyanya
"Iya. Gus ingin menjemput ahrem? Saya pikir ahrem akan di jemput oleh pak akram dan berakhir dengan ahrem yang memasang wajah kesel karena nggak suka di jemput pak akram" ucap ning tasya tersenyum di balik cadarnya
Ia terkekeh sembari menggelengkan kepalanya pelan. "Tidak. Kali ini saya yang menjemput, kebetulan saya sedang ada waktu luang, dan saya pikir dengan begini saya bisa lebih irit karena tidak perlu membelikannya ice cream sebagai permintaan maaf" ucapnya
Ning tasya terkekeh kecil. "Ahrem memang berbeda, dia lucu" ucap ning tasya yang dibalas anggukan oleh gus muh
Ya, dia gus muh. Memangnya siapa lagi kalo bukan gus muh? Jangan berfikir bahwa dia berada di sini, apalagi sampai bisa berbicara sesantai ini dengan ning tasya, itu tidaklah mungkin.
Sekalipun dia berada di sini mungkin ning tasya akan menghidari intraksi dengannya. Bukan, bukan ingin memutus tali silahturahmi, namun hanya membatasinya saja dan cukup untuk saling mengetahui keberadaan satu sama lain.
"AMMAH!!" Atensi keduanya teralihkan saat mendengar teriakkan tersebut
Memangnya siapa lagi kalo bukan syaqila yang teriak? Tidak mungkin syaqil sipendiam akan teriak teriak seperti tadi.
"Jangan berteriak teriak, qila!" ucap ning tasya memperingati
"Assalamu'alaikum ammah, akhw alam" paman' ucap syaqil yang datang bersama ahrem dan langsung mencium punggung tangan ning tasya
Syaqila yang melihat apa yang dilakukan oleh kakak laki-laki nya itu langsung menyadari bahwa dia melupakan suatu kebiasan yang wajib dilakukan.
Ning tasya menggeleng gelengkan kepalanya. "Maaf, ammah" lirih syaqila
KAMU SEDANG MEMBACA
Rembulan Terbelah Dua {Ning Tasya}
Espiritual(BELUM REVISI) Terpaksa menikah karena permintaan terakhir sang abi mungkin masih bisa di terima oleh para wanita, tapi bilang di poligami tidak ada satu pun wanita yang bisa menerimanya. Apalagi di poligami dengan temen sendiri dan secara tersembun...