Ini bagian khusus citra, sebelum nanti lanjut ke part 55. Nggak tau sih ini udah cukup buat citra menderita atau belum, soalnya aku nggak ngerti caranya nyiksa orang, hahaha.
~HAPPY READING~
"Mas, bisa anterin aku beli buah nggak? Aku pengen buah" ucap ku merengek
Mas al meliriknya sebentar. "Mas sibuk, kamu minta anter mba dan kang santri aja" ucap mas al melangkah pergi
Aku merasa mas al seperti membangun tembok tinggi diantara aku dan dia. Dia yang semula bersikap hangat, sangat hangat saat ini berubah menjadi sedingin kutub.
Gapapa citra, mungkin mas al sedang kelelahan karena banyak hal yang harus ia urus jadi kamu harus sabar.
Aku berjalan keluar untuk meminta tolong ke kang santri. Entah apa yang aku perbuat, tapi beberapa santri yang berpas pasan dengan ku menatap ku dengan tatapan sinis.
"Assalamu'alaikum kang"
"Wa'alaikumsalam, ada yang bisa saya bantu ning?"
Aku mengangguk, "tolong belikan saja jeruk, kang"
"Nggih ning, berapa kilo?"
"Tiga kilo ya kang, nanti yang dua kilonya tolong kasih ke mba santri buat di taro di rumah umma dan yang satu kilonya tolong antar ke rumah saya. Ini uangnya kang" ucap ku menyerahkan tiga lembar uang merah
Saat ini tasya sudah tidak ada di sini, dan mungkin nggak akan kembalikan? Jadi aku harus bisa ambil hati umma dan abi, ya itung itung jadi menantu yang baik.
"Nggih. Kalo begitu saya permisi ning, assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumsalam"
Jujur sebenarnya aku sering merasa bosan karena nggak ada yang bisa aku ajak bicara di sini. Ingin rasanya meminta mama untuk datang ke sini, tapi mama sedang marah dengan ku.
Uh, padahalkan itu udah masa lalu jadi seharusnya mama nggak perlu marah begitu. Lagian bukannya wajar anak muda seumuran ku saat itu menyicipi surga dunia?
Ah sudahlah, mamakan memang suka marah dengan ku tapi nanti juga kalo butuh pasti menghubungi aku.
"Assalamu'alaikum"
Aku menoleh, "wa'alaikumsalam"
Wah, pasti itu kang santri yang tadi membeli buah jeruk. Sepertinya aku memang sedang mengidam jeruk, sejak kemarin aku ingin sekali jeruk tapi tidak ada yang bisa membelikannya.
Mas al dua hari kemarin tidak pulang, jadi aku tidak tau mau minta ke siapa. Aku tidak tau kemana dia, tapi aku percaya dia nggak akan macam-macam, mana berani dia berbuat aneh di luar sana apalagi sampai menyelingkuhi ku.
"Ini ning buahnya" ucap kang santri menyerahkan sekatung plastik jeruk
Aku tersenyum, "makasih kang"
"Nggih ning. Saya permisi, assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumsalam"
Yey, akhirnya aku bisa menikmati buah jeruk sekarang.
Aku mengelus perut ku. Ayo nak, kita abisin jeruk ini berdua, tidak ada yang bisa menganggu kita.
Hm, lebih baik aku nikmati jeruk ini di ruang tamu. Aku membuka kantung plastik itu, dan mulai mengupas jeruk.
Astaga, kenapa buahnya busuk? Gimana mau dimakan ini? Ah gapapa citra, kita buka yang lain, mungkin tukang jualnya nggak tau kalo ini udah nggak layak makan.
Satu, tiga, lima, semua jeruk sudah aku buka, tapi semuanya nggak ada yang bisa di makan. Padahal aku sudah menunggu ini sejak kemarin, tapi sekarang saat ada malah nggak bisa di makan semua, uh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rembulan Terbelah Dua {Ning Tasya}
Spiritual(BELUM REVISI) Terpaksa menikah karena permintaan terakhir sang abi mungkin masih bisa di terima oleh para wanita, tapi bilang di poligami tidak ada satu pun wanita yang bisa menerimanya. Apalagi di poligami dengan temen sendiri dan secara tersembun...