¤ Sechs Und Zwanzig Kapitel ¤

27 15 6
                                    

Update!
Happy reading
Dont forget to vote and coment!

Update!Happy reading Dont forget to vote and coment!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ahhhkk, sakit."teriak Via saat Anaya mengeluarkan peluru kecil dari pergelangan kaki nya, dan terus menggenggam tangan Aksa yang masih setia duduk disebelahnya.

Perih dirasa pada saat alkohol menyentuh luka tembak nya, darah terus-terusan mengalir keluar. Tangisan Via mengundang beberapa zombie ke arah mereka.

Anaya dengan telaten menggobati Via yang masih terbaring dengan Aksa yang selalu berada disamping nya, sedangkan yang lain sibuk melawan zombie akibat suara yang tercipta.

"Udah,"singkat Anaya lalu membereskan kotak p3k dan ikut keluar melawan para zombie meninggalkan Aksa dan Via dalam keheningan.

Tidak biasanya Aksa dan Via merasa secanggung ini, biasanya mereka sangat dekat. Tidak seperti sekarang yang sangat jauh dari sudut hati maupun fisik.

"Kita gabisa lagi gunain mobil ini."Anaya terduduk setelah zombie terakhir mati.

Mereka semua ikut terduduk dan menerima air mineral yang diberikan Aksa, "Via keadaan nya gimana?"tanya Reva sambil mengambil air dari Aksa.

"Tidur,"singkatnya lalu ikut duduk untuk menyusun rencana mereka selanjutnya. "Kita harus jalan nyari mobil lain, gue ga yakin kita bakal selamat naik ini,"sambung nya.

"Kan gak lucu kalo kita mati bukan karena zombie tapi kecelakaan mobil,"Putri memperhatikan ban mobil mereka yang bocor itu.

"Jalan kaki nih kita cari mobil?"tanya Reva.

Seakan tidak ada pilihan lain, mereka harus berjalan kaki mencari sebuah mobil yang masih layak untuk digunakan meski mobil itu kecil sekalipun.

"Via?,Kak Aska?"Putri bertanya sambil melihat Via yang masih tertidur di mobil dengan perban di kaki nya.

"Gue masih bisa jalan walau pelan, si Via yang gabisa tuh. Kek nya bakal butuh waktu lama buat sembuh,"ujar Aska

Seluruh mata sekarang memandang kearah Via lalu melirik persediaan makanan dan senjata mereka, mereka tidak mungkin meninggalkan Via sendirian hanya karena ia tidak bisa berjalan.

"Sa, kurangin ego lo ya,"Jiian berujar sambil tetap menatap kearah Aksa, bahkan semua orang tidak tau apa maksud dari perkataan Jiian.

"Nah gue setuju, cuma lo yang bisa gendong Via. Karena tu anak ga akan mau sama cowo lain selain lo,"ujar Anaya.

Berpikir sejenak setelah itu ia menatap lurus dengan tatapan kosong, lalu mengangguk dengan tatapan tajam.

"Oke, gaada pilihan lain, gue harus gendong dia,"ucap Aksa lalu berhenti untuk berpikir sejenak,"Kita gerak sekarang?"sambung nya.

"Kita harus gerak sekarang, meski gelap! Karena kalo nunggu pagi, para perompak itu pasti nemuin kita."Anaya berdiri dan membersihkan debu yang ada pada pakaian nya.

Hav Av Blod ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang