¤ Fünf Und Dreißig Kapitel ¤

23 14 5
                                    

Update!
Happy reading
Dont forget to vote and coment

"Lo punya hati ga sih anj?"bentak Aksa pada saat Reva terus-terusan membahas masalah pembunuhan itu.

Bahkan sudah hampir satu jam mereka masih saja belum bisa menenangkan diri, hampir seluruh nya tersulut emosi yang datang hanya karena satu kalimat yang terucap.

"Hei santai broo, jaga omongan lo!"sebagai seorang yang sekarang paling dekat dengan Reva selain Putri, Reyhan akan senantiasa melindungi gadis itu.

"Gue akan jaga omongan gue, kalo ni cewek minta maaf sama Via."ucap Aksa dan tak lupa menunjuk pada Reva yang masih tidak ingin mengucapkan kata maaf.

"Jangan tunjuk-tunjuk pacar gue!"satu gerakan saja, kerah Aksa terangkat oleh Reyhan. Padahal ini mereka masih didalam mobil dan tidak memungkinkan untuk bertengkar.

"Stop,"singkat Anaya sebelum satu pukulan mendarat pada Reyhan.

"Via! Bisa ga sehari aja lo jangan nyusahin orang? Pake acara nangis ga jelas lagi! Dan lo Reva, sadar kalo Mama lo itu udah berubah anj. Lo mau buat kita semua mati? Kalo itu tujuan lo, gue bisa nabrakin ni mobil biar mati aja kita."tak tahan lagi, akhirnya Jiian benar-benar sudah lelah dengan perdebatan yang terjadi.

Aksa emosi saat lagi dan lagi, pacarnya di bilang sangat menyusahkan orang! Dan cengeng. Namun dia tahan supaya tidak memukul Jiian.

Menghela napas lelah melihat hubungannya dan teman-temannya menjadi sedikit renggang karena tragedi tak terduga yang terjadi tanpa mereka sadari. Apakah jika mereka tak bertemu dengan mama Reva semua akan baik-baik saja? Jika mereka tak bertemu perompak di kota 2 mereka tak perlu kembali ke kota ini, bertemu mama Reva dalam wujud zombie dan ditembak oleh Anaya. Semuanya pasti tak berakhir seperti sekarang. Seperti itulah pikiran Via.

Menyadari pacarnya larut dalam pikirannya Aksa menggenggam tangan gadis yang ia cintai itu, "Gapapa gausah nangis lagi dek,"Aksa berucap dengan tulus untuk meringankan beban pikiran Via.

Disisi lain ada Aska yang bingung harus bagaimana dia membuat suasana di mobil ini tak lebih canggung agar mereka bisa membahas kemana mereka saat ini.

"Stop didepan ada Minimarket, yok cari makanan,"ujar Aska kepada jiian saat melihat Minimarket diujung jalan kota.

Jiian memberhentikan laju mobilnya lalu melirik kanan dan kiri untuk memastikan keadaan sekitar, siapa tau ada mayat hidup yang siap menerkam mereka begitu saja.

Saat setelah dirasa aman, beberapa dari mereka keluar dari mobil menyisakan Putri, Via dan Aska untuk berjaga didalam mobil dan juga karena kaki Via yang belum sembuh total.

Mereka berlima memasuki area Minimarket dengan perlahan dan alangkah kaget nya mereka saat melihat minimarket tersebut sangat berantakan.

Banyak sekali rak makanan yang berserakan dilantai dan tidak lupa juga dengan darah yang senantiasa menghiasi dinding minimarket yang berwarna putih terang.

Karena area minimarket yang sedikit minimalis memudahkan mereka untuk mengambil persediaan makanan  tanpa harus mengeluarkan tenaga yang cukup besar.

Kali ini mereka hanya mengambil makanan dan minuman yang belum tercemari dan bersih karena memang banyak dari makanan disini sudah terkena bercak darah.

Sedangkan disisi lain, Via berucap sesuatu hal antara penting atau tidak penting,"Kak, kita harus menambah banyak senjata jarak jauh. Bisakah Kakak membawa mobil ini ke toko di depan sana? Tidak jauh."Via menunjuk kearah sebuah toko peralatan.

Tanpa berpikir panjang Aska langsung melajukan mobil van itu tanpa sepengetahuan dari teman-teman nya yang lain.

"Anjir, kita ditinggal."ujar Rey saat dirinya melihat fakta bahwa yang seharusnya mobil van itu berada disini malah hilang tidak tau kemana.

"Ahh tai, kalo tau gini mending gue mati aja lah."Jiaan memukul keras dinding itu dan menyebabkan pantulan suara yang sangat nyaring dan mengundang para zombie untuk mendekat

Tidak ada pilihan lain lagi, mereka harus melawan meski mereka hanya berlima dam harus melawan puluhan zombie yang sudah mengepung mereka.

Apakah ini akhir dari semua perjuangan mereka? Apa segampang ini berakhir? Kenapa berakhir hanya karena penghianatan? Itulah yang mereka semua pikirkan.

Dek? Mau buat gue mati disini?, batin Aksa.

Tidak! Mereka kehabisan tenaga, sudah ditahan lagi. Tolong siapa saja tolong! Datang lah segera Tolong, jangan biarkan perjuangan mereka sia-sia!.

/DORR...
/DORR...
/DORR....

Suara tembakan terdengar dimana-mana, satu persatu zombie yang mengepung mereka benar-benar mati tak bernyawa karena tepat disaraf kepala mereka tertembak.

Semua adalah ulah Putri dan Via dari dalam mobil yang menembak tepat sasaran dan tak meleset walau sedikit pun.

Habis sudah, mereka menang! Berjuangan tak sia-sia! Kemungkinan mereka bisa selamat semakin besar dan nyata. Semua yakin bahwa mereka akan bisa menemukan suatu tempat yang di pilih pemerintah.

"Gue kira lo kabur njir,"ujar Reva mendekat kearah Putri, meski masih sedikit canggung antara mereka tapi kerja sama tim mereka tetap perlu di acungkan jempol.

"Yakali kami ninggalin kalian."Putri keluar dari mobil dan membantu mereka memasukkan persediaan makanan kedalam bagasi.

Beberapa saat dirasa semua telah masuk kedalam mobil itu, tiba-tiba saja Rey berinisiatif keluar dan berjalan ketempat galon yang berjejer.

"Ah disana ada air galon besar,"seru nya sepanjang perjalanan dan mengambil salah satu air galon berukuran sedang yang berjejeran didepan pintu sebuah ruangan.

Setelah berhasil mengambil salah satu galon, semua galon yang berjejer tersebut jatuh dan membuat pintu yang tertutup rapat tadi terbuka.

Sontak hal itu membuat beberapa mayat hidup yang terkurung disana keluar berhamburan mengejar Reyhan yang jarak nya tidak begitu jauh dari tempat mereka.

"Anjir, mati gue," Sanggah Reyhan lalu berlari sekencang mungkin dengan memapah air galon berukuran sedang tersebut.

"Weh, lo ngapain mancing zombie kesini sih bego,"Umpat Aksa melihat Reyhan yang berlari diiukuti beberapa Zombie dibelakangnya.

Jiian menembak zombie-zombie tersebut dengan pistol yang diberi Putri pada nya, menunggu Reyhan yang masih berlari membawa galon itu.

Jika tidak mati karena di gigit, bisa saja ia mati karena tembakan dari Jiian yang melesat! Itu lah yang ada dipikiran pemuda itu sekarang ini, tapi ia yakin dan percaya jika Jiian tidak seceroboh itu.

Memasuki galon itu kedalam mobil dan ikut membunuh beberapa zombie yang masih ada disana dan tidak berhenti mendekat akibat suara tembakan.

Semakin banyak yang berkumpul akibat bunyi nyaring itu, Via yang menyadari hal itu pun angkat bicara,"jangan pakai pistol sekarang Kak! Pakai rantai Kakak saja,"ucap nya.

Benar saja! setelah Jiian menukar pistol dengan rantai nya itu, para zombie tidak ada lagi yang mendekat dari kejauhan hanya tersisa beberapa zombie yang memang dekat dari mereka.

"Yok sa, jalan!"ujar Jiian setelah menghabiskan zombie terakhir dan langsung naik kedalam mobil itu walau penuh dengan keringat.

Haloo, malam guys! Happy² guys baca nyaa
Makin-makin mencium bau Happy ending nih
Mau end loh
Thanks for your coment and vote!

Papay

Senin, 11 juli 2022

Hav Av Blod ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang