Selamat membaca!
.
.
.
.
.
"Xiao Zhan, bukankah kamu menyukaiku? Kamu tidak akan membiarkan orang yang kamu suka mati kelaparan, bukan?" Wang Yibo berkata dengan penuh harap sekaligus sedikit takut bahwa Xiao Zhan benar-benar menginginkan kematiannya.
"Pffttt." Melihat raut wajah Wang Yibo yang bergetar ketakutan seolah seperti tahanan yang sedang menunggu giliran untuk menerima hukuman mati, Xiao Zhan berusaha keras menahan desakan tawa yang ingin disemburkan. Memegang mulut dan juga perut, Xiao Zhan menatap ke arah Wang Yibo yang terlihat begitu naif dan menggemaskan. "Kamu bicara apa? Tentu aku tidak akan membiarkanmu mati. Aku tidak ingin menjadi duda sebelum menikah."
"Janda." Ralat Wang Yibo dengan cepat, berhasil mendapatkan tatapan tajam dari Xiao Zhan yang secara spontan telah menghilangkan gelak tawa ketika mendengar perkataan Wang Yibo.
Menyadari tindakan protes Xiao Zhan yang secara eksplisit diperlihatkan, Wang Yibo meminta maaf melalui tatapan mata sekaligus bertanya lebih lanjut mengenai perkataan yang baru didengarkan tadi.
"Maksudku, ini tidak gratis dan kamu harus membayarku." Ucap Xiao Zhan begitu jelas tetapi begitu sulit dicerna oleh otak Wang Yibo. Sebenarnya tidak begitu sulit dicerna, tetapi dia tidak ingin mengetahui makna perkataan tersebut. Jika bisa, tolong bekukan otak jenius Wang Yibo untuk sementara waktu agar dia tidak perlu melakukan hal yang dipinta oleh pihak lain.
"Xiao Zhan." Lirih Wang Yibo meski tidak menghilangkan unsur dominan pada suaranya. Kemudian melanjutkan perkataan dengan lebih dibuat lirih, berharap untuk bisa menarik sedikit simpati dari pihak yang diajak berbicara. "Aku miskin."
"Tentu saja aku tahu." Jawab Xiao Zhan.
"Aku tidak menginginkan uangmu, cukup beri aku tumpangan." Sambungnya.
Dengusan nafas panjang mulai menggema, nafsu makan telah menghilang ketika potongan daging terakhir tenggelam pada tubuhnya. Wang Yibo meletakkan sumpit dan mulai memperhatikan wajah Xiao Zhan dengan seksama. Wajah itu terlihat sangat cantik untuk ukuran seorang lelaki, bahkan kecantikannya dapat mengalahkan para wanita. Wang Yibo diam-diam memuji penampilan Xiao Zhan dalam hati. Mau bagaimanapun dia juga lelaki normal yang bisa merasakan ketertarikan kepada seseorang. Memantapkan hati untuk menjelaskan keadaan secara rinci, Wang Yibo berkata dengan nada berat seakan-akan tengah memikul beban terlalu berat pada dirinya. "Aku tidak bisa."
"Yibo, kamu tidak bisa menolak." Xiao Zhan tidak suka ketika permintaannya ditolak. Berpikir itu adalah hal yang sangat mudah dilakukan, Wang Yibo hanya perlu mengizinkan Xiao Zhan duduk di kursi belakang sepeda motornya sampai tiba di kampus. Tetapi lelaki tampan itu bersikeras menolak, sehingga menimbulkan persepsi bahwa mungkin saja Wang Yibo memiliki kekasih dan ingin selalu pergi bersama. "Apakah kamu selalu pergi bersama kekasihmu?"
"Bukan begitu." Sanggah Wang Yibo cepat, kemudian mulai melanjutkan kalimat yang berhasil membuat Xiao Zhan terkesiap. "Aku tidak memiliki kendaraan."
Segera setelah itu melenggangkan langkah lebar keluar dari apartemen dengan meninggalkan Xiao Zhan yang masih mematung, berusaha mencerna semua perkataan yang baru saja didengar. Setelah Wang Yibo menutup pintu apartemen dengan sangat hati-hati, baru di saat itulah Xiao Zhan memekik tajam. "Apa dia semiskin itu?!"
.
Hari itu mereka benar-benar pergi bersama ke kampus dengan menggunakan transportasi umum. Wang Yibo merasa sedikit tidak enak hati sebab menduga bahwa Xiao Zhan tidak nyaman harus berdesakan dengan banyak orang di dalam bus. Meski faktanya, lelaki manis itu merasa gembira sebab dapat pergi ke kampus bersama sang pujaan hati. Terlebih lagi, di dalam bus Wang Yibo selalu memperhatikan Xiao Zhan. Ketika seseorang tidak sengaja menyentuh bagian tubuhnya, dengan sigap Wang Yibo memberikan teguran keras beserta tatapan tajam sebagai ancaman jika mereka berani menyentuh Xiao Zhan lagi, dia tidak akan segan-segan mengantarkan mereka semua ke peristirahatan terakhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
FROSTY WINTER (YIZHAN) ✔
FanfictionDi malam yang dingin itu, bumi dipenuhi oleh salju yang membuat seluruh isinya membeku. Seolah salju dapat menyentuh bagian terdalam dari diri Xiao Zhan, perlahan tapi pasti kebekuan mulai merengkuh lapisan hati. Titik kehangatan yang selama ini sel...