Selamat membaca!
.
.
.
.
.
Pada siang hari, matahari menyibukkan diri untuk menyembunyikan sinarnya. Membiarkan awan gelap bergulung-gulung di langit. Semilir angin membelai tubuh, memberikan aura dingin yang semakin menusuk ke tulang. Beberapa orang memprediksi bulir-bulir air akan segera menapaki bumi, tetapi itu tidak pernah datang.
Semua orang menikmati cuaca mendung seperti itu sebab dapat menghadirkan rasa kantuk yang menyenangkan. Satu per satu pasien masuk ke dalam ruangan masing-masing. Mereka mengantuk, ingin menyisihkan waktu beberapa jam untuk tertidur. Hal itu juga berlaku bagi Baekhyun. Dia berkali-kali menguap, tetapi tidak mengatakan akan pergi tidur hingga perawat menyadari dengan sendirinya dan segera mempertanyakan keinginan tersebut.
"Apakah Tuan ingin tidur?" tanyanya.
Anggukan yakin dipertontonkan sebagai jawaban. Dia mengusap halus kedua mata, memberikan kesan bahwa rasa kantuk benar-benar akan membunuhnya jika tidak tidur detik itu juga. Perawat merapikan ranjang sebelum menuntun Baekhyun, kemudian membantunya berbaring.
"Terima kasih," perkataan secara tiba-tiba itu tampak sangat mengejutkan. Selama menjadi perawat Baekhyun, belum pernah dia mendengar ucapan terima kasih yang dilantunkan dengan begitu tulus. Selama ini dia hanya melihat keganasan pihak lain, menjaga dengan sedikit ketakutan yang selalu membangkitkan rasa waspada. Namun, hari itu dia merasa benar-benar aman ketika mendapati senyum manis yang tiada henti bermekaran di wajah Baekhyun.
"Aku ingin tidur lama hari ini, bisakah kamu datang ke sini ketika malam tiba? Beberapa hari tidurku selalu tidak nyenyak, aku takut akan terbangun jika kamu masuk." Baekhyun menatap sang perawat dengan penuh harap. Tidak membutuhkan waktu lama untuk mendapatkan jawaban patuh. Dia merasa senang, sekali lagi mengucapkan terima kasih atas kebaikan hati perawat itu.
Sepeninggal sang perawat, mata yang pura-pura terpejam pun mulai terbuka. Menatap sejenak ke arah pintu yang baru saja tertutup rapat. Setelah dirasa situasi sudah aman, Baekhyun menyibak selimut. Dia melangkah ke arah kamar mandi dengan penuh semangat. Lagi-lagi, senyum manis tiada henti mengembang di bibirnya ketika berpikir bahwa dia akan segera menemui sang suami. Tangan Baekhyun meraba bagian perut, meraih sesuatu yang telah lama tersembunyi di balik pakaian. Pada dasarnya, benda tersebut adalah sebuah sikat gigi yang jika dipandang sekilas sama sekali tidak bahaya. Namun, ketika meneliti lebih dalam, sikat gigi memiliki ujung yang runcing dan tajam. Sudah lama Baekhyun diam-diam mengasah sikat gigi itu, tepat ketika dia mulai menyadari bahwa Sehun benar-benar tidak ada di sisinya dan tidak akan kembali lagi.
Semua orang menganggap Baekhyun masih berhalusinasi melalui tindakan yang begitu aneh. Tanpa disadari, dia sebenarnya telah pulih. Satu tahun yang lalu, ketika dia rutin minum obat, perlahan tetapi pasti bayangan Sehun memudar. Pada saat itu juga potongan-potongan kejadian yang menunjukkan bahwa Sehun telah mati mulai menyatu di kepalanya. Dia sama sekali tidak dapat menerima. Tidak mampu bertahan, menetap pun sulit. Pada akhirnya, dia memutuskan untuk mencari waktu hingga dia bisa bersatu kembali dengan Sehun. Kebetulan waktu yang telah dinanti tiba pada hari ini.
Bagaimana bisa Baekhyun hidup di dunia jika tidak ada Sehun di dalamnya? Jika pihak lain tidak mampu menetap di dunia, dia tidak masalah untuk menyusul ke tempat Sehun berada. Dia yang akan menetap di sisi sang suami untuk selama-lamanya.
Lagi pula, Baekhyun sudah tidak memiliki siapa-siapa di dunia ini selain Xiao Zhan. Namun, tidak selamanya dia bisa bergantung kepada lelaki manis itu. Pihak lain memiliki kehidupan yang harus dijalani, dia tidak ingin terus menjadi beban.
KAMU SEDANG MEMBACA
FROSTY WINTER (YIZHAN) ✔
FanfictionDi malam yang dingin itu, bumi dipenuhi oleh salju yang membuat seluruh isinya membeku. Seolah salju dapat menyentuh bagian terdalam dari diri Xiao Zhan, perlahan tapi pasti kebekuan mulai merengkuh lapisan hati. Titik kehangatan yang selama ini sel...