FW 26

964 109 47
                                    

Selamat membaca!

.

.

.

.

.

Yang Zi duduk di depan ruangan dosen demi menunggu kehadiran sang pemilik ruangan sembari tiada henti memakan kuku jarinya dengan ganas. Dia tidak dapat memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi di kehidupannya saat ini sebelum nyawanya direnggut paksa oleh sang dosen. Jujur saja Yang Zi sama sekali tidak pernah berniat untuk mengatakan kalimat kasar, kalimat itu keluar sendiri secara alami dari belah bibirnya. Dia benar-benar menyesal dan bersumpah untuk selalu berbicara manis di segala situasi yang akan terjadi di kehidupan selanjutnya.

Tepat di sebelahnya, Xiao Zhan duduk dengan tenang meski keadaan di dalam tubuhnya sedang kacau nyaris sama seperti Yang Zi. Pikiran tidak jauh-jauh dari nasib kehidupan kampus yang akan berakhir secara tragis, ditambah dengan pikiran rumit mengenai ke mana kira-kira flashdisk itu pergi. Dia ingat, barang itu diletakkan di dalam tasnya sejak kemarin siang tanpa dipindahkan ke tempat lain. Pertanyaan yang tidak masuk akal mulai menari-nari di benak Xiao Zhan. Apakah benda mati sebenarnya memiliki kaki tak kasat mata? Kepala Xiao Zhan terasa sangat pening ketika dipaksa untuk berpikir keras. Meski demikian, dia justru semakin menambah beban pikirannya dengan fantasi bodoh alih-alih mengisi kembali otak dengan hal yang lebih masuk akal.

Tidak lama kemudian, pandangan mereka terangkat ketika menangkap suara langkah kaki berat dari arah pintu utama ruang dosen. Segera setelah itu, sosok lelaki tua dengan bulu halus di sekitar dagu memasuki ruangannya dan secara otomatis mereka mengekor di belakang dalam diam.

Tidak ada yang berani mengeluarkan sepatah kata pun, bahkan untuk bernafas bebas terasa seperti ada yang menghambat.

Perlahan lelaki tua itu mendudukkan diri di kursi tepat di belakang meja yang terdapat papan nama 'Lan Qiren' di atasnya. Lalu, tangan keriput bergerak, mempermainkan bulu-bulu halus di dagu dan berkata dengan anggun, "Dua orang pembuat onar. Hukuman terbaik apa yang harus aku berikan?"

Yang Zi merasakan getaran dahsyat yang mengakibatkan tubuhnya terguncang, tak tertahankan lagi. Ingin segera lepas dari proses peradilan, bibir bergerak dengan cemas. "Lan Lao Shi, maafkan saya. Saya tidak sengaja melakukan itu karena panik."

Lan Qiren memiliki keengganan untuk menatap langsung kepada Yang Zi. Meskipun dia sedikit demi sedikit dapat memahami kejadian di dalam ruangan kelas tadi, dia tetap ingin bertanya lebih lanjut, "Apa yang membuatmu panik?"

Mulut Yang Zi seolah dibungkam oleh jiwa persahabatannya yang tinggi. Jika dia mengemukakan dasar utama yang membuatnya dilanda kepanikan, jelas dia tahu bahwa Xiao Zhan tidak aman dan mungkin saja sang dosen akan melimpahkan semua hukuman kepada sahabatnya itu. Pada akhirnya, Yang Zi memutuskan untuk tetap bungkam dan menerima segala ledakan amarah Lan Qiren.

Lan Qiren marah besar ketika Yang Zi tiba-tiba membisu. Di tengah-tengah acara meluapkan amarah, dia terbatuk hingga membuat tangannya harus memberi pukulan yang lumayan keras di dada agar batuk mereda. Hal itu membuat Xiao Zhan merasa tidak tega dan juga takut lelaki tua itu akan mendapatkan serangan jantung jika dibiarkan terus marah. Sehingga dia memutuskan untuk maju satu langkah dan menundukkan kepalanya dalam-dalam. Meminta maaf atas segala kecerobohan yang diperbuat dan mulai menjelaskan, "Itu karena saya. Saya tidak sengaja menghilangkan flashdisk yang akan digunakan untuk mempresentasikan hasil kerja kami. Mohon Lan Lao Shi untuk menghukum saya."

Melihat kejujuran pada diri Xiao Zhan, Lan Qiren berusaha mengembalikan ketenangan pada dirinya. Dia mulai merelaksasikan anggota tubuh dan pikiran. Berdiam diri untuk beberapa saat sebelum memutuskan hukuman terbaik apa yang akan diberikan kepada kedua mahasiswa di hadapannya itu.

FROSTY WINTER (YIZHAN) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang