Selamat membaca!
.
.
.
.
.
Tidak ada yang tahu berapa panjang usia seseorang. Pada dasarnya, semua orang akan sama-sama menghadapi kematian. Hanya saja yang menjadi pembeda adalah seberapa cepat mereka pergi. Ada yang harus menempuh lika-liku hidup panjang, ada pula yang benar-benar memiliki usia pendek. Sehun merupakan salah satu contoh dari yang kedua. Baru sekejap merasakan kebahagiaan bersama orang yang dicintai, tetapi takdir dengan kejam merenggutnya. Namun, dia tidak semenderita yang dibayangkan sebab orang yang paling menderita adalah orang yang ditinggalkan.
Mungkin Sehun masih bisa membangun kembali kehidupan di atas sana dengan penuh sukacita, tetapi hanya akan ada air mata untuk orang yang ditinggalkan. Jika bisa memilih, Baekhyun tidak pernah ingin merasakan kebahagiaan yang luar biasa jika ada kesedihan berkepanjangan yang menanti di depan. Dia ingin merasakan kebahagiaan yang sederhana jika itu bisa membuatnya terus bersama dengan Sehun.
Andai saja dia tidak memaksa Sehun pergi saat itu, mungkin kejadian nahas tidak akan pernah terjadi di hidup mereka. Kenapa alam tidak memberi aba-aba ketika dia akan kehilangan orang yang dicintai? Dengan demikian, dia bisa mencegah, atau setidaknya akan mempersiapkan diri terlebih dahulu.
Mengingat kembali potongan-potongan adegan sebelum Sehun pergi, lelaki itu selalu mengatakan "terakhir" ketika meminta jatah maupun meminta ciuman. Apakah Sehun telah memiliki firasat? Lalu, kenapa tidak membaginya? Jika Baekhyun tahu itu adalah saat-saat terakhir mereka bersama, dia tidak akan menolak untuk dicium. Mengatakan bahwa akan memberikan ciuman ketika mereka tiba di rumah, apakah waktu dapat diputar kembali pada saat itu? Jika bisa, dia akan memberikan semua keinginan terakhir Sehun. Saat ini, untuk mencium mayatnya saja tidak bisa sebab itu belum ditemukan.
Pihak keluarga memutuskan untuk mengadakan acara pemakaman agar jiwa Sehun tenang di atas sana. Namun, tidak dengan Baekhyun yang masih percaya bahwa suaminya masih hidup. Selama mayat lelaki itu belum ada di depan mata, dia akan tetap bertahan pada pemikiran positif.
"Bibi," panggil Xiao Zhan lemah ketika berhadapan dengan ibu Sehun yang tampak sangat kacau. Kesedihan tidak pernah sedetik pun pergi dari wajahnya, air mata selalu melakukan tugas dengan baik. Terjatuh sepanjang waktu, tiada hari tanpa menangis.
Nyonya Oh perlahan menatap ke arah Xiao Zhan. Baru di saat itulah senyuman tipis terukir di wajah pucatnya. Dia memaksa untuk tersenyum, untuk menguatkan semua orang sekaligus dirinya sendiri. "Zhan."
Kemudian, pandangan mata beralih ke arah sosok lelaki tampan yang berada beberapa langkah di belakang Xiao Zhan. Nyonya Oh juga melemparkan senyum pada Wang Yibo, sebelum kembali fokus kepada Xiao Zhan dan berkata, "Selamat atas pernikahan kalian."
Seharusnya Xiao Zhan bahagia jika menerima ucapan seperti itu, tetapi untuk saat ini terasa sangat sulit untuk bahagia. Sejak kecil, dia telah berteman dengan Sehun, bahkan tidak jarang menganggap pihak lain seperti kakaknya sendiri. Ketika mendengar berita bahwa pesawat Sehun jatuh, sebagian dari dunia Xiao Zhan runtuh. Tidak pernah menduga bahwa maut yang memisahkan mereka tiba secepat itu. Matanya memerah, berkaca-kaca dan siap meloloskan setetes air kesedihan lagi. Melihat itu, Nyonya Oh tidak bisa tinggal diam. Dia meraih tubuh Xiao Zhan ke dalam dekapannya. Kemudian, mereka saling meremas diri satu sama lain, berusaha bertukar kekuatan.
"Jangan menangis. Sejak kecil, Sehun tidak pernah membiarkan kamu menangis," meski berkata demikian, air mata Nyonya Oh sendiri tiada henti berderai. Pada detik berikutnya, emosi yang sekuat tenaga ditahan tiba-tiba meledak, "Sehun adalah anak yang baik. Kenapa Tuhan dengan kejam menyakiti orang baik sepertinya? Kenapa tidak mencabut nyawaku saja? Aku sudah banyak melewati masa hidup, sedangkan Sehun … dia baru menempuh kurang dari setengah jalan kehidupannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
FROSTY WINTER (YIZHAN) ✔
FanfictionDi malam yang dingin itu, bumi dipenuhi oleh salju yang membuat seluruh isinya membeku. Seolah salju dapat menyentuh bagian terdalam dari diri Xiao Zhan, perlahan tapi pasti kebekuan mulai merengkuh lapisan hati. Titik kehangatan yang selama ini sel...