Selamat membaca!
.
.
.
.
.
Mengingat Wang Yibo meninggalkan motor Xiao Zhan di kampus, mereka terpaksa harus berjalan kaki untuk pulang ke apartemen. Terlebih lagi bus sudah berhenti beroperasi sekitar satu jam yang lalu. Jika saja ada sopir taksi yang mau berbaik hati membiarkannya berhutang, mungkin mereka tidak perlu menguras tenaga lebih.
Selain itu, Xiao Zhan yang mabuk benar-benar tampak seperti orang gila. Dia akan berteriak kepada setiap pejalan kaki yang berpapasan dengannya, bahkan dengan berani menahan langkah seorang wanita yang sedang berjalan sendirian di hadapannya. Lalu, ketika wanita itu sudah menghadap secara sempurna ke arahnya, Xiao Zhan akan bertanya sambil mengacungkan jari telunjuk tepat di depan wajah Wang Yibo. "Kamu tahu dia siapa?"
Wanita itu tampak bingung. Jelas dia tidak tahu siapa Wang Yibo, juga tidak tahu siapa lelaki yang sudah berani menahan langkahnya dan membuang-buang waktunya. Ingin marah, tetapi keinginan tersebut segera dibuang jauh-jauh semenjak menyadari bahwa Xiao Zhan sedang berada di bawah pengaruh alkohol melalui warna merah yang menampakkan diri secara berlebihan di pipi lelaki manis itu. Perasaan malas untuk menjawab mulai bersemayam di dasar hati, pada akhirnya wanita itu lebih memilih untuk berdiam diri sembari menanti kelanjutan dari perkataan Xiao Zhan.
Sementara Xiao Zhan mulai berdecih, menatap remeh dan mengutuk dalam hati mengenai kebodohan yang begitu kental pada diri wanita itu. Tangan bergerak dengan cepat, menunjuk Wang Yibo hingga membuat yang ditunjuk terkesiap, Xiao Zhan pun berteriak. "Dia! Dia kekasihku! Kekasihku! Ahahahahahaha …"
Xiao Zhan tertawa menggelegar layaknya hantu di serial tv horor. Wang Yibo segera menundukkan kepala secara sopan kepada wanita itu dan berulang kali mengucapkan permintaan maaf atas kekonyolan yang dilakukan oleh Xiao Zhan. Sebagai tanggapan, wanita itu menggelengkan kepalanya beberapa kali sebab keheranan, kemudian berlalu pergi tanpa kata.
"Shhhttt." Wang Yibo menempelkan jari telunjuk di bibirnya, pergerakan itu berhasil merampas seluruh atensi Xiao Zhan. Kemudian dia segera memindahkan jari telunjuk di depan bibir lelaki manis itu sembari memberikan teguran ringan. "Bocah nakal, berhenti melakukan itu."
Xiao Zhan tersenyum lebar, bukan karena kalimat Wang Yibo, melainkan karena wajah tampan yang berada dalam jarak dekat dengannya. Membawa tangan untuk menangkup wajah pihak lain, sedang wajahnya bergerak semakin dekat hingga bibir ranum berlabuh di pipi Wang Yibo. Kecupan yang diberikan cukup singkat, namun berhasil membuat Wang Yibo membeku di tempat. Jika saja Xiao Zhan tidak menginterupsinya, mungkin dia akan tetap dalam posisi itu selama setahun ke depan.
"Milikku." Pernyataan Xiao Zhan secara mutlak. Tidak pernah dibayangkan sebelumnya jika dia akan berhasil memiliki lelaki tampan di hadapannya itu seutuhnya. Meski mabuk, dia dapat merasakan kebahagiaan yang tiada henti meledak di dalam hati.
"Yibo, aku sangat bahagia seperti akan mati rasanya." Sambung Xiao Zhan. Menatap ke arah langit yang pada saat itu tampak sangat cerah. Memejamkan mata sejenak sambil menghirup nafas dalam-dalam. Ketika nafas sudah memenuhi paru, Xiao Zhan membuka mata dengan cepat dan beralih menatap Wang Yibo. Ditariknya tengkuk sang kekasih, kecupan maut kembali dilabuhkan dengan sangat tiba-tiba. Meski tidak mendapat balasan atas aksinya, Xiao Zhan tidak peduli. Dia akan terus menikmati bibir tebal itu.
Lumatan demi lumatan diciptakan. Tidak puas hanya dengan itu, dia menambah lidah yang menganggur untuk menjilat dan membantu memperlancar aksi penghisapan. Bibir Wang Yibo berkedut bersamaan dengan kepala yang berdenyut nyeri. Tidak lama setelah itu Xiao Zhan pun melepaskan pagutan tersebut. Mengusap bibir tebal Wang Yibo yang tampak semakin tebal sepuluh kali lipat akibat ulahnya sembari berkata tanpa beban. "Aku ingin kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
FROSTY WINTER (YIZHAN) ✔
FanfictionDi malam yang dingin itu, bumi dipenuhi oleh salju yang membuat seluruh isinya membeku. Seolah salju dapat menyentuh bagian terdalam dari diri Xiao Zhan, perlahan tapi pasti kebekuan mulai merengkuh lapisan hati. Titik kehangatan yang selama ini sel...