FW 32

1K 129 245
                                    

Selamat membaca!

.

.

.

.

.

Meski kebaikan hati telah ditolak mentah-mentah, Wang Yibo tetap menemani Xiao Zhan yang kini berbaring memunggunginya. Sementara lelaki manis itu sendiri sama sekali tidak memedulikan kehadiran orang lain di sekitar, dia sepenuhnya abai.

Kabut pedih menyelimuti netra Wang Yibo setiap kali dia menangkap getaran halus dari punggung sang terkasih. Gemuruh pada dada kian merebak hingga ke seluruh tubuh, tetapi tidak ada yang bisa Wang Yibo lakukan selain diam membisu. Dia tahu jika dia mendekat dan menghibur, amarah justru semakin mengambil alih jiwa Xiao Zhan alih-alih mendapatkan ketenangan. Wang Yibo terus menikmati pemandangan menyakitkan itu hingga getaran mereda dan irama nafas mulai beraturan pada diri pihak lain. Bersamaan dengan itu, suara ketukan samar di pintu apartemen mencapai indra pendengaran Wang Yibo.

Dengan cepat Wang Yibo berlari menuju pintu agar tidur Xiao Zhan tidak terganggu dengan suara ketukan yang menebal seiring berjalannya waktu. Dibukanya pintu apartemen dan dia segera menemukan sosok bertubuh mungil dengan mata bengkak dan basah. Wajah didominasi oleh warna merah, cairan yang tersisa di pelupuk mata semakin membuat siapa saja yang melihat merasa iba dengan kesedihan mendalam pada lelaki itu. Pakaian yang digunakan serba hitam, senada dengan milik Wang Yibo tadi. Seolah beban kesedihan tidak dapat ditanggung lebih lama, lelehan air mata kembali tumpah ketika kedua tubuh telah menyatu dalam sebuah dekapan.

"Yibo …" gumam Baekhyun begitu lirih dan pelan akibat teredam oleh dada bidang sang lawan bicara.

Wang Yibo menjadi bimbang antara melepaskan atau meminjamkan sejenak tubuhnya untuk dijadikan bidang pelampiasan kesedihan pihak lain. Perasaan tidak tega bertunas di hati, pada akhirnya dia memilih opsi kedua. Mengangkat tangan hingga bertengger di pundak Baekhyun dan memberikan tepukan halus yang dapat menenangkan guncangan hebat pada diri sang sahabat. Tidak lupa untuk mengekspresikan rasa simpatinya melalui kata-kata, "Maafkan aku ... semua akan baik-baik saja. Kamu tidak boleh menangis lagi, dia pasti sedih melihat adik kecilnya menangis."

Tanpa disadari, sosok lain menatap nanar ke arah mereka dari kejauhan. Xiao Zhan tidak sepenuhnya tidur, masih di ambang alam sadar dan ketika menangkap suara ketukan, mata kembali melebar. Betapa hancur hatinya ketika melihat sang kekasih sedang berpelukan dengan sang sahabat yang diketahui memiliki perasaan lebih dari sebatas sahabat. Xiao Zhan tidak habis pikir kenapa Wang Yibo bisa semudah itu terpengaruh oleh Baekhyun? Katakanlah Baekhyun sedang dibelenggu oleh kesedihan, tetapi, haruskah Wang Yibo memberikan perlakuan berlebihan seperti itu? Tidakkah dia memikirkan bagaimana perasaan Xiao Zhan ketika melihat pemandangan menyakitkan itu? Jika Wang Yibo memiliki otak yang utuh, seharusnya dia menjauh dan menghibur dengan cara yang lain. Sayangnya otak lelaki tampan itu termakan habis oleh bakteri kebodohan.

Hati kaca Xiao Zhan seolah sudah terlatih setelah menghadapi beberapa situasi serupa. Retakan di hati semakin melebar, tetapi hal itu tidak lagi dapat membuatnya menangis seperti gadis yang baru saja patah hati. Dia tidak mengeluarkan ekspresi lain selain datar dan lelah. Secara otomatis, tubuhnya berputar arah dan kembali berjalan menuju ranjang tanpa kata. Menenggelamkan dirinya dalam-dalam seolah tubuh terserap kuat oleh ranjang. Tidak ingin peduli apa pun lagi selain mencapai kedamaian dan ketenangan hati.

.

Wang Yibo tidak tahu apa alasan utama yang mendasari sikap lengket Baekhyun kepadanya malam ini. Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, selama kurang lebih sebelas kali dia turut serta dalam upacara peringatan kematian kakak Baekhyun yang bernama Luhan. Wang Yibo sama sekali tidak pernah mendapati sikap lengket seperti ini. Baekhyun lebih suka mengurung diri di kamar selama beberapa hari ke depan sembari tiada henti menggenggam bingkai foto sang kakak. Namun kali ini, sikap baru Baekhyun berhasil menerbitkan banyak gurat keheranan di wajah Wang Yibo. Meski demikian, dia tidak berniat untuk mempertanyakan keanehan tersebut, justru dengan sigap meminjamkan bahu untuk jiwa rapuh sang sahabat.

FROSTY WINTER (YIZHAN) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang