Selamat membaca!
.
.
.
.
.
Xiao Zhan tidak tahu apakah saat ini dia sedang dibodohi atau dia memang benar-benar bodoh ketika dengan mudah menuruti permintaan Wang Yibo untuk memberikan tumpangan kepindahannya. Namun, setiap kali dia berniat mengerahkan sedikit tenaga untuk membawa barang-barang Wang Yibo ke dalam mobil, lelaki tampan itu dengan sigap menahan dan mengatakan, "Jangan lakukan itu. Kamu hanya perlu meminjamkan mobilmu untuk mengangkut barang. Jangan melakukan pekerjaan berat."
Wang Yibo sama sekali tidak membiarkan pihak lain kelelahan. Hal itu mendorong rasa kesal meledak di dalam dada Xiao Zhan, dia tidak ingin dipandang lemah dan diperlakukan seperti kaum wanita. Mereka sama-sama lelaki meski tenaga Wang Yibo lebih besar darinya, setidaknya dia memiliki tenaga yang jauh lebih besar jika dibandingkan dengan seorang wanita. Xiao Zhan kembali ke dalam mobil hanya untuk melemparkan jas dengan penuh kekesalan. Dia menggulung lengan kemeja seiring melesat ke rumah sewaan Wang Yibo. Tidak! Itu bahkan tidak layak disebut sebagai rumah, dia segera meralat dengan kata yang lebih cocok, yaitu sebuah gubuk tua ringkih yang sewaktu-waktu akan roboh jika angin kencang membelainya.
Wang Yibo terkejut ketika mendapati kehadiran Xiao Zhan dan semakin terkejut ketika lelaki manis itu memakai dua tas ranselnya di punggung dan di bagian depan, kemudian menggenggam beberapa buku sekaligus pada masing-masing tangan. Mengabaikan perintah pihak lain yang memaksa untuk meletakkan kembali barang-barang yang menempel kuat di tubuhnya, Xiao Zhan berjalan dengan gagah dan tegap seolah-olah tidak sedang membawa apa pun. Dia ingin menunjukkan pada dunia jika dia tidak selemah itu.
Wang Yibo segera menyusul langkah Xiao Zhan setelah berpamitan secara singkat kepada pemilik rumah sewa itu. Berusaha menyeimbangkan langkah yang sudah tertinggal jauh. Berkali-kali tangan kekar mengambang di udara sebab tidak kuasa mencapai pihak lain. Terlalu fokus pada kegiatan itu sehingga tidak sadar jika Xiao Zhan telah menghentikan langkah ketika tiba di depan bagasi mobil. Bunyi barang terjatuh menggema, memenuhi ruang dengar mereka. Lelaki manis berbalik badan hanya untuk menjatuhkan tatapan tajam kepada lelaki tampan yang kini menampilkan senyuman konyol. Di masa lalu, senyum konyol itu hanya menghiasi wajah Xiao Zhan, kini seolah jiwa mereka saling tertukar. Yang tidak pernah tersenyum begitu sering tersenyum, yang selalu tersenyum begitu sulit tersenyum. Namun demikian, satu-satunya hal yang tidak berubah adalah sejak dulu hingga saat ini, senyum tulus Wang Yibo hanya ditujukan untuk Xiao Zhan seorang.
Xiao Zhan memutuskan untuk meredam kemarahan agar cepat sampai ke tempat tujuan. Perjalanan tidak menyita banyak waktu, selain karena jarak yang tidak terlalu jauh, juga karena dia mengemudi dengan kecepatan di atas rata-rata. Wang Yibo menggenggam erat pegangan di samping atas mobil, begitu erat hingga buku-buku jarinya memutih. Tak jarang dia menegur pihak lain untuk mengemudi secara normal, tak jarang juga dia mendapatkan tanggapan negatif seperti, "Aku ingin segera sampai." Berhasil memberikan kesimpulan tersendiri bagi Wang Yibo bahwa pihak lain tidak betah berlama-lama berada di sekitarnya. Meski demikian, ketika sampai di apartemen lama, dia tetap memaksa Xiao Zhan agar mau singgah sejenak.
Xiao Zhan menurut, bukan karena ingin, tetapi karena malas menentang sikap keras kepala Wang Yibo yang telah kembali secara tiba-tiba. Dia tidak ingin pusing memikirkan hal itu. Dia segera duduk di meja makan sembari menyibukkan diri dengan bermain ponsel ketika Wang Yibo berkata akan memasak untuknya. Sebenarnya, dia diminta untuk menunggu di ruang tamu, tetapi rasa khawatir diam-diam masih bisa bersemayam di hati Xiao Zhan. Dia tidak ingin pihak lain berakhir dengan menjadi mayat korban ledakan dapur sehingga dia memutuskan untuk mengawasi kelancaran acara memasak.
KAMU SEDANG MEMBACA
FROSTY WINTER (YIZHAN) ✔
FanficDi malam yang dingin itu, bumi dipenuhi oleh salju yang membuat seluruh isinya membeku. Seolah salju dapat menyentuh bagian terdalam dari diri Xiao Zhan, perlahan tapi pasti kebekuan mulai merengkuh lapisan hati. Titik kehangatan yang selama ini sel...