Selamat membaca!
.
.
.
.
.
Hari demi hari berlalu sejak kunjungan ke rumah sakit jiwa tempat Baekhyun dirawat. Berhari-hari pula Wang Yibo terus memikirkan setiap perkataan lelaki itu mengenai apartemen sebelah. Begitu besar keinginan hati untuk mengabaikan sebab setelah menyentuh kebahagiaan bersama dengan Xiao Zhan, dia tidak ingin mengingat masa lalu yang dipenuhi duri di sepanjang jalan. Namun, ada sesuatu yang bergerak-gerak gelisah di salah satu sudut hatinya dan mengalahkan sifat abai yang dipertahankan setengah mati. Wang Yibo ingin mengetahui seberapa besar penderitaan yang dia berikan untuk sang terkasih di masa lalu.
Sekarang, di sinilah Wang Yibo berada. Berdiri dengan gugup di depan pintu apartemen sebelah. Beberapa hari yang lalu, dia tidak sengaja menemukan kunci apartemen tersebut di salah satu laci meja kerja Xiao Zhan. Hal itu semakin meyakinkan diri Wang Yibo bahwa dia benar-benar harus masuk dan melihat situasi di dalam.
Netra merefleksikan pintu dengan nomor apartemen 22. Ada banyak ketakutan yang dirasa begitu membayangkan akan seribut apa suasana di dalam. Wang Yibo ingin membawa langkah pergi, mengurungkan niat untuk masuk. Namun, ketika mengingat seberapa keras usahanya untuk berpisah seharian dengan Xiao Zhan demi masuk ke apartemen itu, dia segera berpikir dua kali. Apakah dia benar-benar harus pergi atau menetap?
Pada akhirnya, opsi kedua lebih unggul dari segi apa pun. Wang Yibo menarik napas dalam-dalam sebelum memantapkan hati untuk membuka pintu. Begitu pintu dibuka, yang ada di depan mata hanyalah kegelapan pekat. Dia merasakan keanehan yang membekas. Ketika lampu di apartemen miliknya padam, tidak akan terlihat gelap pekat seperti itu. Masih ada setitik cahaya samar dari luar jendela. Cukup jauh berbeda dengan apartemen Xiao Zhan yang seakan-akan tampak seperti ruangan terbengkalai yang dihuni oleh roh jahat mematikan.
Wang Yibo merinding untuk sesaat. Dia meraba-raba saklar lampu yang sulit untuk ditemukan. Merasakan kekasaran pada dinding, bulu kuduknya meremang. Berharap secepatnya mendapatkan penerangan agar pikiran-pikiran menakutkan tidak semakin menyerbu benak.
Beberapa menit kemudian, saklar lampu berhasil ditekan. Meski demikian, tidak memberikan pengaruh besar bagi ruangan tersebut. Lampu menyala dengan sekarat, tampak jelas bahwa sudah lama tidak diganti. Apartemen yang dulunya sangat bersih kini berubah menjadi suram dan tidak terawat. Wang Yibo dapat melihat goresan cat berwarna merah pada dinding yang membentuk kalimat, Xiao Zhan sampah! Xiao Zhan lemah! Kenapa tidak bisa lupa? dan masih banyak lagi kalimat-kalimat mengerikan yang menghiasi.
Wang Yibo menjadi sadar bahwa di balik sifat dingin dan datar milik Xiao Zhan, ada emosi negatif yang tersembunyi. Namun, alih-alih mengekspresikan, lelaki manis itu lebih suka melampiaskan pada diri sendiri. Dia menciptakan ruangan khusus untuk tempat menghukum diri sendiri. Menelan segala penderitaan hingga dari luar tampak seperti hidupnya tidak memiliki masalah sedikit pun.
Wang Yibo tidak sanggup lagi membaca satu per satu kalimat menyakitkan itu. Pandangan beralih pada sisi dinding yang lain. Ada puluhan lukisan wajah Wang Yibo yang Xiao Zhan buat selama lima tahun ke belakang. Terlihat sangat indah, tetapi juga terlihat jelas ada banyak kesedihan pada sentuhan warnanya. Beberapa lukisan memiliki warna yang memudar seperti telah terciprat air. Wang Yibo menebak mungkin lukisan itu dibuat dengan campuran air mata. Lagi-lagi, hatinya merasa sakit untuk Xiao Zhan.
Jika saat itu Wang Yibo memaksa untuk menetap alih-alih pergi, apakah Xiao Zhan tidak akan serapuh itu? Bukankah kehadirannya justru lebih menorehkan luka di hati Xiao Zhan?
Wang Yibo menghapus bersih air mata di wajahnya, tetapi kesedihan tetap meninggalkan jejak dengan baik. Dia berjalan semakin ke dalam, menuju salah satu tempat di mana sebuah lukisan cukup menarik perhatiannya. Lukisan yang masih bertengger di kayu penyangga kanvas, menggambarkan tentang setangkai bunga yang berada di dalam tempat sampah. Menonjolkan kesan kesepian yang sama seperti sang pelukis. Bunga tersebut memiliki setetes air pada salah satu kelopak, tampak seperti sedang menangis. Sentuhan warna yang diberikan sangat samar dan tipis, seakan-akan tidak memiliki warna semangat. Jelas Wang Yibo tahu bahwa kuas disapukan pada gambar dengan penuh frustasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
FROSTY WINTER (YIZHAN) ✔
FanfictionDi malam yang dingin itu, bumi dipenuhi oleh salju yang membuat seluruh isinya membeku. Seolah salju dapat menyentuh bagian terdalam dari diri Xiao Zhan, perlahan tapi pasti kebekuan mulai merengkuh lapisan hati. Titik kehangatan yang selama ini sel...