Selamat membaca!
.
.
.
.
.
Seusai membersihkan dan merapikan bagian depan bar, Johnny awalnya ingin mengunjungi Xiao Zhan untuk menanyakan kebutuhan apa yang diperlukan lelaki manis itu selama semalam menginap. Dia akan mencarikan sebelum pergi tidur. Namun, langkah yang akan masuk ke dalam pintu ruang istirahat dicegah oleh alunan nyanyian indah yang berpusat di dapur. Secara naluriah, badan berputar arah dan kaki bergerak menuju dapur.
Pemandangan yang indah bagi netra Johnny. Pinggul sang kekasih yang berlenggak-lenggok riang seiring barisan-barisan kalimat dengan berbagai macam nada mengudara dari balik bibir mungil. Hal yang tidak biasa baginya, pihak lain yang cenderung bersikap malu-malu itu tampak bersemangat tinggi. Sepertinya suasana baik sedang menyelimuti hati Renjun.
Johnny menghentikan langkah tepat di samping lelaki manis itu, memajukan wajah hingga nyaris menyentuh wajah pihak lain ketika bertanya, "Apa yang kamu masak?"
Beruntung spatula panas yang sedang dipegangnya tidak menyentuh kulit pihak lain, Renjun sangat terkejut sebab sama sekali tidak menangkap tanda-tanda adanya orang lain di sekitar. Namun, aksi keterkejutannya tidak berlangsung lama, Renjun mengulas senyum lebar ketika menjawab, "Sapo tahu untuk Zhan Ge."
Johnny membuka lubang hidungnya lebar-lebar demi menghirup rakus aroma dari makanan itu, seketika aroma harum masakan singgah di bagian hidung yang paling dalam hingga menyelinap semakin dalam dan berhasil menggetarkan penduduk tetap di bagian perut Johnny. Akan sangat disayangkan jika makanan itu hanya diberikan untuk Xiao Zhan, dia juga ingin memakannya. Bertingkah seakan-akan tidak terima dengan perkataan Renjun, dia berkata dengan nada tanpa semangat seolah jiwanya telah layu, "Hanya untuk Xiao Zhan?"
Renjun jelas dapat merasakan keberadaan aura dengki di sekitar tubuh sang kekasih. Demi menekan kebiasaan buruk itu, dia pun memberikan jawaban yang berpengaruh besar bagi kebangkitan jiwa semangat Johnny, "Tentu untuk Hyung juga."
Di akhir kalimat, Renjun memberikan satu hadiah kecupan di pipi Johnny dan hal tersebut benar-benar berhasil menerbitkan warna terang pada wajah lelaki tampan itu. Pada akhirnya, dia segera melanjutkan adegan memasak dengan mendapatkan sedikit bantuan dari Johnny.
.
Sepeninggal Renjun, Xiao Zhan tidak banyak melakukan aktivitas berat di tengah-tengah tubuh yang masih lemas. Ketika melakukan pergerakan lebih, kondisi perut yang sudah tenang kembali bergejolak. Alhasil, kegiatan yang bisa dia lakukan hanyalah bernapas dan menggulir mata, memindai tampilan kamar Renjun.
Kamar itu terlihat sedikit redup akibat warna gelap yang melapisi dinding. Tidak heran kenapa dinding berwarna hitam mengingat kamar itu dulunya akan digunakan oleh Johnny. Tidak banyak furnitur yang mengisi, itu hanyalah meja di salah satu sudut dekat jendela, rak buku yang berisikan banyak beragam jenis miniatur. Kemudian di sisi dinding dia menemukan beberapa bingkai foto kecil, menampilkan sosok sepasang kekasih yang sedang tersenyum bahagia. Jika diingat kembali, Johnny dan Renjun belum lama bertemu tetapi sudah memiliki banyak foto kenangan meski itu diambil di sekitar bar. Sedangkan dia dan Wang Yibo yang dapat dikatakan sering berkencan, sama sekali belum pernah mengambil foto. Xiao Zhan sangat menyesal sekarang sebab dia tidak ingat sama sekali untuk mengabadikan momen bersama sang kekasih.
Mengingat sang kekasih, Xiao Zhan kembali murung. Pikiran melayang jauh menembus lapisan masa lalu. Dia cukup kecewa kepada Wang Yibo, tapi ada sedikit kerinduan yang melintasi inti hatinya.
Xiao Zhan merasa ingin menghindar, tetapi juga merasa ingin bertemu dalam waktu bersamaan. Benar-benar menyebalkan. Sebesar itukah dia mencintai Wang Yibo? Lalu, bagaimana dengan Wang Yibo? Apakah lelaki tampan itu juga memiliki perasaan cinta yang sebanding dengan miliknya? Sangat tidak adil bukan jika rasa cinta mereka tidak seimbang.
KAMU SEDANG MEMBACA
FROSTY WINTER (YIZHAN) ✔
Fiksi PenggemarDi malam yang dingin itu, bumi dipenuhi oleh salju yang membuat seluruh isinya membeku. Seolah salju dapat menyentuh bagian terdalam dari diri Xiao Zhan, perlahan tapi pasti kebekuan mulai merengkuh lapisan hati. Titik kehangatan yang selama ini sel...