Selamat membaca!
.
.
.
.
.
Cahaya matahari menyengat langsung ke wajah Wang Yibo, tetapi itu tidak membuat dia berminat untuk membuka mata. Dia masih ingat pada sosok lelaki manis yang tertidur nyaman di bahunya. Takut bahwa kepala Xiao Zhan akan pegal jika terus bersandar, dia pun mulai menegakkan badan, dan mengubah posisi yang lebih nyaman untuk pihak lain.
Entah kenapa pada saat itu Xiao Zhan tidur seperti orang mati. Dia sama sekali tidak tahu bahwa dia sudah lama berbaring di paha pihak lain. Selain itu, Wang Yibo dengan baik hati mengangkat jasnya untuk melindungi wajah manis Xiao Zhan dari sengatan cahaya matahari yang menyakitkan. Alhasil, tidurnya semakin lelap dan nyenyak.
Sekian lama memandangi wajah terlelap Xiao Zhan, beragam rasa mulai bercampur menjadi satu kesatuan. Di antaranya adalah rasa sedih, rasa bersalah, serta rasa rindu yang lebih mendominasi. Tangan kekar bergerak, membelai pipi halus sebelum mulai berpikir nakal untuk mengecup sekilas bibir ranum yang saat ini telah dia sentuh dengan penuh kerinduan.
Ketika satu kecupan berhasil dicuri secara diam-diam, Xiao Zhan bermimpi sedang menjelma menjadi sebutir nasi dan sedang ditatap buas oleh sekelompok ayam. Dia berusaha melarikan diri, tetapi dia tidak memiliki kaki dan tangan. Pada akhirnya, dia pasrah ketika seekor ayam jantan besar berwarna hitam mematuknya dengan ganas. Kemudian, dia berkali-kali bereinkarnasi menjadi nasi hanya untuk dipatuk oleh ayam jantan itu lagi.
Wang Yibo merasa ingin mengecup lagi dan lagi, sudah terhitung sekitar tujuh kecupan yang dia curi. Namun, dia sama sekali tidak ingin berhenti. Pada kecupan yang ke delapan, dia tidak melakukannya secara singkat. Memberanikan diri untuk menjilat hingga melumat bibir ranum yang terasa manis itu. Dia tampak seperti seorang anak kecil yang sedang memakan permen. Membuat tidur Xiao Zhan terganggu, dia membuka bibir untuk menguap. Wang Yibo yang pandai memanfaatkan kesempatan pun dengan cepat menjelajahi rongga mulut Xiao Zhan. Ujung lidah saling bersentuhan untuk beberapa saat sebelum ciuman harus diakhiri sebab pihak lain sudah mulai sadar.
Wang Yibo cepat-cepat menegakkan badan dan membawa pandangan mengedar ke sekitar, berpura-pura tidak sadar jika Xiao Zhan sudah bangun. Baru di saat lelaki manis itu duduk, dia segera menatapnya dengan ekspresi yang biasa-biasa saja seolah tidak pernah ada yang terjadi.
"Kenapa wajahmu sangat merah?" Xiao Zhan merasa heran ketika melihat wajah Wang Yibo yang tampak terbakar, tetapi dia merasa lebih heran karena tiba-tiba diserang rasa perih pada bibir saat berbicara. Jari telunjuk dibawa untuk memeriksa keadaan bibir dan betapa terkejutnya Xiao Zhan ketika dia merasakan ketebalan pada bibirnya yang meningkat berkali-kali lipat, itu tampak seperti baru saja dia bercumbu dengan raja lebah.
Sang pelaku dengan tidak tahu malu mulai bersandiwara, ibu jari ikut menyentuh bibir Xiao Zhan. Lalu, dengan penuh kepanikan dia bertanya, "Apa yang terjadi? Apakah tidurmu tidak nyaman?"
Wang Yibo sengaja tidak langsung mempertanyakan tentang bibir, dia tidak ingin menimbulkan kecurigaan pada diri pihak lain. Xiao Zhan baru saja akan menjawab, tetapi urung dilakukan sebab mendapatkan panggilan dari ponsel. Dia menebak dengan benar bahwa sang penelepon adalah Huang Jingyu. Meski demikian, dia tetap menerima dengan penuh kemalasan.
Wang Yibo dapat mendengar suara panik lelaki di seberang yang mengatakan, "Zhan, kamu di mana? Maafkan aku, bisakah kamu kembali ke kamar?"
Xiao Zhan melirik ke arah Wang Yibo sekilas sebelum mulai merendahkan suara di ponselnya dan menjawab dengan tegas, "Aku sudah tiba di Beijing. Tidak perlu bertemu."
KAMU SEDANG MEMBACA
FROSTY WINTER (YIZHAN) ✔
FanfictionDi malam yang dingin itu, bumi dipenuhi oleh salju yang membuat seluruh isinya membeku. Seolah salju dapat menyentuh bagian terdalam dari diri Xiao Zhan, perlahan tapi pasti kebekuan mulai merengkuh lapisan hati. Titik kehangatan yang selama ini sel...