05

293 24 3
                                    

Suara derap kaki memasuki indera pendengarannya. Tay yang masih tertidur otomatis perlahan membuka matanya karena merasa terganggu oleh suara dari langkah kaki yang terdengar memasuki kamarnya. Lelaki itu mengusap kedua matanya, dia menyipit menatap bayangan seseorang berdiri di depan pintu kamar. Anjir siapa itu?

Tay kembali mengusap kedua matanya seraya dia melihat wujud tersebut berjalan mendekat ke arahnya ditengah gelap kamarnya. Otomatis Tay mengerjap memfokuskan pandangannya pada orang tersebut. Dalam hati dia bingung sekaligus takut, siapa yang berani masuk ke dalam apartemennya tanpa seizinnya. Lagipula darimana orang ini tahu password apartemennya.

"Lo siapa?" suara serak milik Tay terdengar ke seisi kamarnya.

Mendengar pertanyaan Tay membuat langkah kaki tersebut justru semakin mendekat sampai Tay merasakan sebuah tangan mengusap puncak kepalanya.

Tay yang terkejut otomatis segera menepis tangan tersebut. Pria itu dengan cepat menyalakan lampu tidur di nakas samping tempat tidur.

"Surprise..."

Tay membulatkan matanya. Dia menatap tidak percaya pada sosok yang ia lihat sekarang di depannya. Lelaki itu menelan salivanya.

"Hin?"

Laki-laki yang disebut namanya hanya tertawa melihat ekspresi Tay.

"Kaget ya?" tanyanya diakhiri dengan senyum.

Tay yang mendengar pertanyaan itu langsung menggelengkan kepalanya.
Nggak-nggak, Newwie kan di Sydney.

Sebuah tangan terulur mengusap kepalanya. Tay kembali mendongak menatap laki-laki yang berdiri disamping tempat tidurnya.
"Aku ada disini, Tee."

Beberapa detik mereka hanya terdiam saling menatap satu sama lain. Tay tiba-tiba menarik tangan New sampai lelaki itu akhirnya terjatuh ke tempat tidur Tay. New duduk berhadapan dengan Tay dipinggir kasur. Ekspresi terkejut dari New berubah menjadi senyuman.

Tay melirik ke jam dinding kamarnya. Pukul delapan malam. Dia kembali menatap New dengan tidak percaya.

"K-Kamu kok bisa disini?" Newwie otomatis membelai rambut pacarnya.

"Bisa dong. Emangnya gak boleh kalo aku pulang ke Bangkok?" Tay menggeleng kuat. Dia terpejam sesaat merasakan jemari New bermain dirambutnya yang membuat dirinya merasa nyaman. Ia merasa sangat disayangi oleh lelaki di hadapannya.

Tay membuka matanya kembali.
"Gak gitu maksudnya, Hin. Abisnya kamu gak bilang dulu mau pulang, kan aku kaget jadinya pas tau tiba-tiba kamu ada di apart aku gini."

"Gak bilang karena aku sengaja biar jadi kejutan buat kamu."

Tay justru mengerucutkan bibirnya.
"Tapi kan harusnya aku bisa jemput kamu di bandara kalo tau kamu mau pulang."

"Gapapa, Tee." Ucapnya sembari terkekeh bersamaan dengan jemarinya yang berhenti bermain dari kepala Tay.

Kekasihnya itu dengan cepat mengambil kedua tangan New untuk Tay genggam.

Newwie merasakan kedua ibu jari Tay mengelus punggung tangannya. Lantas ia hanya dapat tersenyum menatap laki-laki di hadapannya. Tay menarik New kedalam dekapannya, ia menaruh dagunya dibahu New. Lelaki itu memejam merasakan napas Tay mengenai kulit lehernya.

"Tee..."

"Just stay like this." pinta Tay. New hanya mengangguk pelan membiarkan posisi mereka tetap seperti itu sampai akhirnya dia kembali bersuara setelah beberapa menit hening menguasai mereka.

"Do you feel tired of this?"

Tay menjauhkan tubuhnya dari Newwie lantas ia menaikan sebelah alisnya atas pertanyaan tersebut.

LDR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang