12

160 11 1
                                    

"Halo? Sebentar ya, Tee."

Tay hanya mengangguk sambil membiarkan lelaki di layar ponselnya melanjutkan aktifitasnya yang sempat tertunda ketika harus mengangkat video call dari Tay. Newwie sibuk mencari tempat yang tepat untuk menaruh ponselnya karena sekarang dia sedang di dapur.

"Taro mana ya?" Suara Newwie terdengar bertanya sendiri seraya celingak-celinguk menatap ke seisi ruangan tersebut.

Tay dengan sabar menunggu New untuk meletakan ponsel sampai dia akhirnya berucap.
"Hin, emang nggak bi—"

"Sebentar, Tee." Potong Newwie.

Tay mendengus sebal. Lelaki itu bersandar pada sofa apartemennya. Lagi-lagi dia hanya dapat diam memperhatikan Newwie. Beberapa saat kemudian akhirnya New menemukan tempat yang pas untuk menaruh ponselnya.

Newwie tersenyum ke kamera.
"Nah, disini aja."

Tay diam-diam berdecak malas, beruntungnya New tidak mendengar. Newwie menjauhkan dirinya sedikit dari ponsel dengan tatapan yang masih tidak lepas dari Tay di layar benda pipih tersebut.
"Kamu tiba-tiba banget video call gini? Nggak bilang-bilang dulu."

Tay yang merasa aneh dengan ucapan New otomatis menaikan sebelah alisnya.

"Emang kenapa? Kalo aku nelfon kamu harus pake izin dulu segala gitu?" Tanyanya yang terdengar offensive. Sedangkan Newwie hanya terkekeh mendengar pertanyaan Tay.

"Lah kok ketawa?" Tanya Tay lagi.

Newwie otomatis terdiam, yang dia lihat raut wajah Tay sekarang yaitu lelaki tersebut benar-benar berbeda dari biasanya. What happened?

New menyadari kalau sekarang pukul sepuluh pagi waktu Sydney sedangkan waktu Bangkok yaitu tujuh pagi.

"Nggak. Bukan gitu, cuma kan masih pagi juga. Pas aku lagi bikin sarapan—" Jawab Newwie seraya melanjutkan membuat nasi goreng.

Tay memperhatikan New yang sedang sibuk menggoreng nasi disana, kemudian dia memotong.
"Jadi aku ganggu gitu ya?"

Newwie otomatis menggelengkan kepalanya.
"Nggak gitu maksud aku, Tee."

Lelaki itu melirik ke layar ponselnya sesaat. Dia melihat raut wajah muram dari Tay. Hal itu membuatnya jadi merasa bersalah. Padahal dia sama sekali tidak bermaksud begitu.

"Maaf..."

Memang lelaki bersuara berat itu kerap kali menghubunginya di waktu yang tidak tepat dan jika New yang menghubungi duluan pasti selalu tidak diangkat oleh Tay atau lelaki itu selalu menutup telepon lebih dulu dengan berucap 'nanti aku telepon balik ya'. Iya, Tay memang pasti selalu menelepon balik tapi selalu larut malam dimana New seharusnya sudah dapat istirahat setelah seharian sibuk dengan urusan kuliah. Namun, tak jarang Tay tidak segera menghubungi New kembali di hari yang sama. Lelaki itu bisa saja tiba-tiba menghubungi New dihari berikutnya.

Sudah bulan kesekian sejak kepindahan Newwie ke Australia. Sayangnya belakangan ini komunikasi mereka memang terbilang sulit. New sibuk dengan kuliahnya sebagai mahasiswa kedokteran di Sydney, begitu juga dengan kuliah Tay di Bangkok terlebih lagi dengan aktivitasnya sebagai anggota organisasi kampus.

Meski perbedaan waktu antara Sydney dan Bangkok tidak jauh hanya terpaut tiga jam, tapi ternyata perbedaan jadwal kuliah dan kesibukan masing-masing membuat semuanya terkesan sulit. Waktu luang mereka tidak pernah ketemu. Jika Tay sedang ada waktu senggang, Newwie justru sedang sibuk-sibuknya dan begitu juga sebaliknya. Tapi, dalam hal ini biasanya lebih sering New yang sibuk dibanding Tay.

Tay menghela nafas seraya mengibas-ngibaskan kaosnya. New yang sudah selesai menaruh nasi gorengnya dari wajan ke piring makannya lantas kembali mendekat ke ponselnya.

LDR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang