New berlari di sepanjang lorong rumah sakit. Dengan air mata yang terus mengalir di pipinya, dia jelas tidak peduli dengan statusnya sekarang sebagai seorang dokter yang seharusnya dapat lebih berwibawa dan mengontrol emosinya. Toh, bagaimana pun di balik jas putih itu New hanya manusia biasa yang dapat merasakan kesedihan seperti orang pada umumnya.
Tay mengalami kecelakaan ketika dalam perjalanan kembali ke apartemen. Itu sebabnya Tay tidak kunjung kembali menjemputnya untuk makan malam yang sudah mereka rencanakan. Kebetulan Tay di larikan ke rumah sakit tempat dia bekerja. Hal itu membuat New menerobos masuk ke dalam UGD, mengingat dia merupakan salah satu dokter yang bekerja di tempat ini. Namun, langkahnya di hentikan oleh beberapa perawat yang menahan dirinya untuk masuk.
"Dokter New?"
"Maaf, dokter. Dokter tunggu di luar ya, pasien sedang ditangani."
"Saya mau masuk. Pasien yang di dalam itu tunangan saya! Saya harus tau keadaan dia, suster. Tolong..." New terus menangis.
Dia sempat melirik dan melihat sekilas Tay ada di dalam membuat kakinya terasa lemas. New sudah biasa melihat darah pasien, tapi untuk kali ini dia benar-benar seperti dihujam ribuan pisau ketika harus melihat orang yang terbaring kaku di dalam dengan darah di sekujur tubuhnya adalah Tay.
"Mohon kerjasamanya, dokter. Kami harus segera menangani pasien karena kondisi pasien harus segera ditangani. Permisi, dok." Balas perawat itu lalu menutup pintu ruang UGD membuat New menatap nanar pintu itu dengan tangis.
New beralih bersandar pada dinding rumah sakit. Lututnya terasa lemas sampai dia akhirnya memilih untuk duduk di kursi tunggu di depan ruang UGD. Dia menunduk dengan bahu yang naik turun karena menangis. Bahkan, New sudah tidak peduli jika staff lain melihatnya berantakan seperti ini. Satu hal yang New pikirkan sekarang hanya keselamatan Tay.
New teringat sesuatu lantas dia segera mencari kontak Ibunya. Tidak butuh waktu lama sampai suara Mook terdengar di telinga.
"Hello, my dear." New menggigit bibir bawahnya.
"Ma... T-Tay kecelakaan. Mama bisa kesini? Di rumah sakit tempat aku kerja."
Beberapa saat kemudian New menemukan dirinya sudah memakai jubah operasinya. Sejujurnya sekujur tubuhnya terasa lemas, tapi dia merasa perlu ambil andil dalam ini. Malam ini sebenarnya day off nya sehingga Jimmy sempat melarangnya untuk ikut andil. Tapi New terus memohon agar dia dapat bergabung dalam tim operasi. Selain itu mengingat New sudah terbiasa bekerja di meja operasi. Pada akhirnya Jimmy menyetujui New ikut dengannya.
"New, lo yakin?" Jimmy rekan kerjanya bertanya pelan. New menarik nafas panjang lalu dia hembuskan sebelum mengangguk.
Jimmy dan New memasuki ruang operasi. Entah kenapa langkah New terasa berat untuk masuk ke dalam ruangan yang biasa dia masuki itu. Meski berat menghadapi pasiennya kali ini adalah kekasihnya sendiri, namun New harus menguatkan diri untuk menolong Tay karena hanya ini satu-satunya yang bisa dia lakukan untuk menyelamatkan lelaki itu.
Pasalnya kecelakaan beruntun yang di alami oleh Tay tadi cukup berdampak pada lelaki tersebut. Kondisi Tay memburuk karena lelaki itu mengalami penyumbatan darah sehingga perlu dilakukan tindakan operasi secepat mungkin agar nyawa lelaki itu dapat tertolong.
New dan Jimmy di temani dengan dua orang perawat. Kedua dokter tersebut berdiri berhadapan dengan dan posisi mereka dibatasi dengan meja operasi yang terdapat Tay berbaring dengan lemah disana. Netra New menatap wajah Tay yang terlihat pucat. Tidak lupa tubuh lelaki itu juga sudah dipasang berbagi alat medis. New tentu tidak tega melihat Tay harus berbaring disini. Seketika dada New terasa sesak ketika dia harus menghadapi pasien yang merupakan orang yang sangat dia cintai.
KAMU SEDANG MEMBACA
LDR [END]
FanfictionLong Distance Relationship. Jujur, Tay benci dengan sebutan itu. Membayangkan harinya tanpa Newwie dalam waktu yang tidak sebentar membuat kepalanya pusing. Disatu sisi dia juga tentu saja tidak bisa memaksakan egonya agar New tetap tinggal disini d...