33

260 21 1
                                    

New yang duduk di pinggir tempat tidur kini menatap ponselnya yang sejak tadi berbunyi. Dengan helaan nafas berat, New akhirnya mengangkat teleponnya sampai akhirnya suara yang familiar terdengar di telinganya.

"Astaga, New. Akhirnya kamu angkat juga telfon aku," Celoteh Tay memenuhi indera pendengaran New.

"Udah tiga kali aku telfonin kamu nggak diangkat angkat juga." New hanya menatap jendela kamarnya sebelum berucap.

"Kenapa, Tay?"

"Aku mau minta temenin kamu belanja kebutuhan di apart nanti sore sekalian jalan jalan keliling aja. Mau kan?" New mengernyit.

"Hari ini banget?" Tanyanya membuat Tay segera menjawab.

"Iya. It's Christmas Day, New. Banyak diskon hari ini hehe, kebetulan emang udah pada abis sih keperluan aku buat di apart, jadi... kamu mau kan temenin aku?"

"Kenapa harus aku?" Pertanyaan New membuat Tay menghela nafas.

Kenapa juga lo pake nanya sih, iya jelas ini modus gue buat deket sama lo

"Ya terus masa aku minta temenin Off? Krist? Atau Krit? Nanti kamu cemburu." New yang mendengar itu kini memutar bola matanya malas.

"Ya gapapa sana gih kalo mau sama Phi Krit." Balas New. Suara tawa Tay terdengar di telinganya membuat New otomatis mengernyit.

"Kenapa kamu ketawa?!" Tanya New galak. Tay yang jauh disana sekarang tersenyum geli.

"Cemburu kan? Ngaku aja deh. Dari suara kamu kedengeran kalo kamu tuh cemburu kalo aku deket sama Krit. Tau nggak itu tandanya kamu masih sayang sama aku." New yang mendengar godaan dari Tay tentu jadi membulatkan matanya.

"A-Apaan sih! Nggak usah pede jadi orang." Bantahnya.

"Kamu cemburu."

"Enggak ya, Tay!"

"Masa? Ngaku aja kenapa sih... lagian aku seneng kalo kamu cemburu." Ujar Tay.

Benar. Memang benar apa yang dikatakan oleh Tay kalau New sebenarnya cemburu saat mengetahui kedekatan Tay dan Krit semenjak dia melanjutkan studi di Australia. Namun, New tetaplah New. Terkadang memang dia harus menjadi tsundere jika di depan Tay karena dia tidak ingin Tay besar kepala dan menaruh harapan lebih padanya. Terlebih lagi dengan keadaan mereka yang sekarang sudah tidak menjalin status sebagai pasangan kekasih.

"Aku sibuk hari ini dan aku nggak cemburu ya sama Phi Krit."

Tay terkekeh mendengar bantahan dari New yang tentu saja dia sudah tahu kalau New sedang berbohong padanya.

"Oke kalo nggak cemburu, kalo gitu aku minta temenin Krit aja."

"Yaudah terserah."

Sialan New padahal gue pura pura doang

Tay di seberang sana berpikir. Kenapa susah banget sih deketin New lagi.
"Nanti sore aku jemput."

"Apaan? Aku belum bilang iya." Tay mengerucutkan bibirnya seraya menatap jam dinding di ruang tamu apartemennya.

"Kamu temenin aku pokoknya." New memutar bola matanya malas.

"Tadi katanya mau ajak Phi Krit. Gimana sih?" Suara tawa Tay pecah ketika mendengar ucapan polos dari bibir New.

"New, please deh. Aku cuma godain kamu doang tadi. Sengaja biar kamu cemburu..."

Alis New terangkat satu.
"Aku nggak cemburu, Tay. Percuma kamu usaha bikin aku cemburu."

"Iya iya, terserah kamu. Pokoknya aku maunya kamu yang nemenin aku hari ini. Oke?" New hanya bisa menghela nafas.

"Yaudah. Lagian kamu pasti tetep maksa aku, jadi yaudah. Jam berapa? Pulang belanja langsung pulang tapi. Aku nggak mau jalan jalan." Tay mengerucutkan bibirnya sedih.

LDR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang