08

166 13 3
                                    

"Tay, ini punya lo. Thanks ya udah minjemin."

Tay yang tengah berbicara dengan New di telepon otomatis menoleh. Dia mendapati Krit berdiri tidak jauh darinya seraya menyodorkan satu totbag ke arahnya. Tay menatap tas tersebut bingung lalu sorot matanya beralih pada Krit, ia menaikan sebelah alisnya seolah bertanya ini apaan? Dia lupa kalau kemarin ketika mereka berdua pulang bersama, Tay sempat meminjamkan jas hujannya pada Krit karena di pertengahan jalan tiba-tiba hujan turun cukup deras sehingga mereka sempat kebasahan.

Krit memutar bola matanya malas, lantas dia kembali menatap totbag hitam yang belom Tay ambil. Lelaki itu mengisyaratkan agar Tay segera menerimanya. Tanpa basa-basi akhirnya tas tersebut berpindah tangan ke Tay. Laki-laki itu melirik ke isi tas, oh jas hujan gue. Kemudian dia melirik ke Krit, "Hm." deheman singkatnya sebagai balasan.

Krit yang mengetahui bahwa salah satu tangan Tay masih memegang ponsel di telinga otomatis membuka mulutnya tanpa suara mengucapkan 'yaudah gue balik ya'.

Lelaki itu baru saja ingin berbalik meninggalkan temannya, tapi yang dia dapati tangan Tay yang memegang totbag nya justru menahan tangannya sekarang sehingga membuat pergerakannya jadi terhenti. Krit mengernyit, sementara Tay membuka mulutnya tanpa suara 'tunggu'.

"Siapa, Tee?" suara New memenuhi indera pendengaran Tay yang membuat ia melepaskan genggamannya pada Krit.

"Krit." jawabnya selara melirik ke lelaki di depannya. Orang yang disebut namanya otomatis mengerutkan dahinya, tidak mengerti kenapa namanya disebut.

"Emang Krit minjem apa?" Tay menggaruk tengkuknya sebelum menjawab pertanyaan New.

"Jas hujan." jawabnya.

Setelahnya tidak ada lagi suara dari New. Tay menjauhkan ponselnya dari telinganya, dia menatap layar tersebut yang masih terhubung dengan New lantas dia kembali bersuara untuk memastikan kalau New masih berada disana.

"Hin?" panggil Tay.

"Sebentar aku lagi buka sepatu nih susah..." balas New. Tay menggangguk meski dia tahu kalau New tidak melihatnya sekarang.

Krit yang sejak tadi masih berdiri disitu kini hanya menghela napas.

Tay lagi ngebucin terus ngapain nyuruh gue nunggu disini anjrit berasa nyamuk gue.

"Gue mau ke kantin laper." Krit mengecilkan volume suaranya. Dia hanya tidak ingin mengganggu Tay dan New yang sedang telponan sekarang.

Tay yang masih setia menunggu Newwie selesai melepas sepatu otomatis menjauhkan ponselnya dari telinga. Dia menutup speaker ponselnya agar suaranya tidak terdengar ke seberang sana lalu menatap Krit tajam.

"Gue bilang tunggu anjir gak sabaran lu."

"Dih? Siapa juga yang mau ngajak lo?! Gue mau ke kantin sendiri."

"Bareng. Gue gak ada temen, Off ngumpul kelompok dulu soalnya."

Krit berdecak.
"Ck, yaudah ntar lo nyusul aja ke kantin. Gue duluan..."

"Gue bilang tunggu ya tunggu. " Krit yang mendengar ucapan dingin Tay akhirnya hanya dapat menghela napas sebal. Mau tidak mau dia harus menunggu Tay sekarang.

"Yaudah iya." balasnya malas lalu memilih untuk memainkan ponselnya seraya menunggu Tay.

Tay tersenyum sekilas sambil mengangguk. Kemudian dia kembali menempelkan benda pipih tersebut ke telinganya bersamaan dengan suara New yang bertanya padanya.

"Krit emang darimana, Tee? Disana lagi hujan?"

Tay melirik keluar jendela fakultasnya. Di luar terang benderang bahkan sedang panas-panasnya. Dia menjawab,
"Enggak kok."

LDR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang