31

287 21 3
                                    

Mix menatap dirinya di kaca spion mobil bagian tengah. Lihat saja wajahnya sudah sangat mengenaskan. Dia tidak mengira kalau Tay akan menjadi sangat brutal ketika menghajar orang. Dia seperti binatang buas.

Mix menyeka darah mengenakan bajunya sebelum akhirnya dia memacu mobilnya dengan cepat membelah jalan raya yang sekarang tampak lengang bebas kendaraan beroda dua karena sekarang hujan turun dengan deras. Lelaki itu memukul stir mobilnya sendiri.

"Brengsek." Umpatnya dengan penuh amarah.

"Gue lakuin ini demi lo, Earth. Tapi lo malah benci gue?" Monolognya.

"Good job, Mix. Sekarang lo kehilangan dua temen lo sekaligus." Mix tersenyum pahit.

"Bahkan mungkin bukan cuma Earth dan Tay yang benci lo. Tapi, New juga pasti benci lo. Stupid you, Mix."

Selama perjalanan Mix tidak henti-hentinya mengumpat dan menyalahkan dirinya sendiri. Terlebih lagi dia merasa sangat bersalah ketika Earth justru jadi sasaran Tay. Lalu, kalimat terakhir Earth tadi di cafe. Lelaki itu bilang kalau dia sudah berusaha move on dari New. Seharusnya Mix tahu soal itu agar dia tidak melancarkan niatnya merusak hubungan Tay dan New.

Mix membelokan mobilnya masuk ke area kompleknya dan Earth. Lelaki itu tidak langsung pulang ke rumah, melainkan dia menghentikan mobilnya tepat di depan rumah Earth. Tanpa berpikir lagi, Mix segera berlari ke depan pagar rumah Earth. Dia memencet bel berkali-kali sebelum akhirnya pintu itu terbuka.

"Mas Mix." Wanita paruh baya itu terkejut melihat wajah lebam Mix di sertai bibirnya yang berdarah.

"Kalian kenapa? Tadi Mas Earth yang babak belur, ini Mas Mix juga. Abis berantem Mas?" Tanya Bibi khawatir. Mix hanya mengulas senyum tanpa menjawab pertanyaan Bibi.

"E-eh, ayo masuk dulu, Mas. Hujan diluar..." Lelaki itu hanya mengangguk lalu mengekor untuk langsung masuk kedalam rumah Earth.

"Bibi buatin teh anget ya. Masuk aja ke kamar Mas Earth, Mas. Ada kok Mas Earth nya," Mix mengangguk sambil mengucap terima kasih pada Bibi.

Lantas kakinya melangkah menuju kamar Earth. Dia menatap pintu di depannya dalam diam. Dia ragu kalau Earth justru akan mengusirnya. Namun, dengan tekad yang kuat akhirnya dia menarik nafas dalam lalu mengetuk pintu tersebut.

"Masuk aja, Bi." Terdengar suara Earth dari dalam kamar.

Mix menghela nafas sebelum akhirnya membuka pintu tersebut. Netranya menatap Earth yang kini sedang duduk di pinggir kasur seraya meringis atas luka di wajahnya yang ternyata sudah diobati oleh asisten rumah tangganya.

"Hai." Sapa Mix.

Earth menoleh mendapati Mix berdiri di ambang pintu kamarnya kini menatapnya dengan senyum ragu. Dia tentu saja terkejut dengan kehadiran laki-laki yang secara tidak langsung telah membuatnya kecewa.

"Mix? Lo ngapain disini?" Mix berjalan mendekat pada Earth. Lantas lelaki itu mengambil tempat di sebelah Earth.

"Gue... gue mau minta maaf." Ujarnya membuat Earth menaikan alisnya.

"Lo pulang aja. Gue butuh sendiri,"

"Lo tau kan kalo lo tuh salah disini? Nggak seharusnya lo kaya gini!" Tanpa sadar nada bicara Earth meninggi. Mix dapat melihat bahwa sorot mata itu terlihat marah padanya sekaligus kecewa.

"Iya, gue sadar gue salah. Tapi, gue lakuin ini demi lo." Mix menatap Earth dengan tatapan bersalah.

Earth menatap Mix lurus. Jujur dia bingung harus bereaksi seperti apa. Kedua matanya memejam sesaat seraya dia menghela nafas berat. Dia kembali menatap Mix dalam diam sebelum berucap.

LDR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang