Lima hari berlalu setelah insiden sambungan telepon dari Tay ke Newwie yang justru di angkat oleh Celine, teman kelasnya. Tay Tawan tipikal orang yang straightforward, dimana biasanya jika dia tidak suka sesuatu pasti dia akan langsung bilang to the point kalau dia tidak suka.
Namun, entah kali ini dia lebih memilih diam dan seolah menghindari New. Bahkan dia tidak menanyakan pada Newwie siapa wanita yang mengangkat teleponnya lima hari lalu.
Unfortunately, Newwie sampai sekarang tidak tahu soal Celine yang dengan lancangnya mengangkat telepon dari Tay. Tetapi, lima hari belakangan New merasakan Tay sedikit berubah. Lelaki itu seakan menghindari dirinya, enggan menjalin komunikasi dengannya.
Awalnya New pikir mungkin saja memang Tay sedang sibuk dengan kuliahnya. Kalaupun posisinya Tay berada di apartemen, dia pikir lelaki itu sedang banyak tugas kuliah yang harus dikerjakan sehingga tidak ada waktu untuk sekedar bertukar kabar dengannya. It's not a big problem for Newwie at first, toh terkadang juga dia tidak bisa mengabari Tay karena sibuk dengan kuliah.
Pandangan Newwie lurus ke depan kaca yang menghubungkan balkon apartemennya. Di luar matahari cukup bersinar terang. New mendekat ke nakas samping tempat tidur, jemarinya membuka aplikasi cuaca ternyata suhu udara sudah naik drastis, tanda bahwa musim panas sudah tiba sejak kemarin. It's already December. Lelaki itu lantas beralih pada alat pendingin ruangan, dia mengecilkan temperatur sehingga ruangannya terasa lebih dingin.
Newwie beringsut menuju dapur apartemennya. Dia membuka laci tempat dimana dia menyimpan makanan ringan untuk camilannya sehari-hari. Setelah mengambil beberapa camilan, dia segera kembali ke kamar. Kebetulan kali ini jadwal kelasnya dibatalkan karena dosennya ada hal yang mengharuskan tidak dapat mengajar sehingga niatnya hari ini New hanya akan mengerjakan tugas seperti biasa sekaligus belajar untuk ujian yang akan berlangsung beberapa hari lagi.
Laptop yang semula ada di atas nakas kini sudah ditempatkan di atas meja yang biasa New gunakan untuk belajar. Setelah merasa nyaman dengan posisinya, dia segera membuka laptop dan menyalakannya.
Pandangannya tidak beralih sedikitpun dari layar laptop. Dia fokus pada tugasnya seraya sesekali tangannya menyomot keripik kentang dari dalam bungkusan. Satu jam berikutnya, Newwie sedikit merenggangkan tubuhnya. Selama satu jam duduk mengerjakan tugas membuat tubuhnya terasa pegal, meski sebenarnya tugasnya belum sepenuhnya selesai.
New menatap jam dinding di kamarnya. Pukul lima sore waktu Sydney. Netranya melirik ke ponsel miliknya sekilas. Dia menghela nafas ketika mengetahui tidak ada tanda-tanda pesan atau panggilan yang masuk dari Tay.
"Tay lagi ngapain ya? Masih di kampus nggak jam segini?" Newwie berucap sendiri seolah menebak kondisi Tay yang jauh disana.
"Kalo gue telepon ganggu nggak ya?"
New memutar-mutarkan ponselnya seraya menimbang-nimbang apakah dia harus menghubungi Tay atau tidak. Di satu sisi dia ingin mengetahui kabar Tay, tapi disisi lainnya dia merasa takut kalau dia justru mengganggu lelaki itu.
Setelah berpikir berkali-kali pada akhirnya jemari New mencari kontak Tay di ponselnya. Dalam sekali gerakan, panggilan tersebut langsung tersambung ke Tay.
Beberapa detik menunggu nada sambung tersebut tergantikan oleh suara lelaki yang dia rindukan.
"Halo?""Tee. Where have you been? I missed you so much," Cicit Newwie.
Bahkan untuk dapat mendengar suara Tay sekarang saja dia sudah bersyukur, berhubung belakangan ini dia tidak memiliki jadwal telepon dengan Tay karena lelaki yang tinggal di Thailand tersebut sangat jarang menghubunginya belakangan ini, bahkan dia tidak pernah mengangkat teleponnya sejak lima hari terakhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
LDR [END]
FanfictionLong Distance Relationship. Jujur, Tay benci dengan sebutan itu. Membayangkan harinya tanpa Newwie dalam waktu yang tidak sebentar membuat kepalanya pusing. Disatu sisi dia juga tentu saja tidak bisa memaksakan egonya agar New tetap tinggal disini d...