24

229 18 9
                                    

Bright bersandar di depan kap mobilnya seraya sibuk mencari kontak seseorang disana. Setelah menemukannya lantas dia segera memencet tombol panggilan.

Lelaki itu menunggu panggilannya diangkat seraya dia mendongak menatap langit kota Bangkok yang terlihat sangat cerah hari ini. Terik matahari membuatnya cepat berkeringat karena suhu udara meningkat drastis.

Beruntungnya dia memarkirkan mobilnya di bawah pohon rindang parkiran kampusnya sehingga meski dia sekarang menunggu diluar mobil tetapi tidak terlalu langsung terkena sinar matahari.

Bright mengetukan jarinya di atas kap mobilnya. Nada dering di telinganya lantas berubah jadi suara seseorang.
"Halo, Bright?"

Senyum di wajah Bright terukir ketika mendengar suara laki-laki di telepon.

"Win, kamu udah selesai kelas?" Tanya lembut.

"Udah nih, baru aja selesai. Kenapa?" Tanya Metawin balik.

"Sekarang kamu dimana?"

"Baru mau turun ke bawah." Jawab Metawin atau biasa di sapa Win itu sambil memencet tombol lift di fakultasnya. Lelaki itu mendongak menatap layar diatas lift seraya menunggu lift tersebut turun dari lantai atas untuk sampai ke lantainya sekarang dan dapat segera membawanya ke lantai dasar.

"Hmm, oke. Aku tunggu di parkiran ya di bawah pohon gede depan fakultas kamu." Win mengangguk meski dia tahu kalau Bright tidak melihatnya sekarang.

"Iya, Bright. Kamu udah selesai kelas emangnya?" Bright terkekeh atas pertanyaan kekasihnya yang merupakan mantan teman sebangku Mix sewaktu kelas sepuluh dulu.

"Ya udah dong sayang. Kamu pikir aku cabut kelas?" Jauh disana Win memutar bola matanya.

"Nggak gitu maksudnya,"

"Aww... anjir!" Suara Bright yang tiba-tiba membuat Win bertanya dengan cemas.

"Bright, lo kenapa?"

Bright mendongak menatap ke ranting dan daun-daunan pohon besar itu. Win kembali berucap.

"Halo, Bright?" Bright mengusap lengannya sendiri sebelum kembali berucap.

"Gapapa. Cuma abis kejatohan semut kayanya deh dari atas pohon..." Win menghela nafas. Dia bersyukur kalau Bright tidak apa-apa karena dia pikir lelaki itu kenapa. Detik berikutnya dia tertawa.

"Kejatohan semut doang aja heboh banget." Bright mengerucutkan bibirnya.

"Aku digigit. Sakit tau, Win..." Ucapnya manja.

"Rasain!"

"Ih. Ayang mah....."

Win di sana geleng-geleng kepala sambil terkekeh. Dia membayangkan ekspresi Bright yang sudah dapat dia tebak, dia yakin pasti lelaki itu mengerucutkan bibirnya seperti anak kecil.

"Yaudah makanya nunggunya di dalem mobil aja sana." Bright menggaruk lengannya yang jadi terasa gatal sehabis di gigit oleh semut tadi.

"Iya aku tunggu di dalem. Kamu udah dimana sekarang?"

Mendengar pertanyaan Bright membuat Win kembali menatap layar lift. Tepat sekali bersamaan dengan lift itu sampai di lantainya. Pintunya terbuka membuat Win langsung masuk ke dalamnya.
"Baru naik lift sih."

"Lama bangeeeet. Cepetan, Win!"

"Lo nyuruh gue cepet cepet tuh karna takut digigitin semut lagi?" Bright yang sekarang sudah berada di dalam mobil tentu saja menggeleng atas pertanyaan Win.

"Bukan."

Win menaikan alisnya.
"Terus?"

Bright menaruh dahinya di atas stir mobilnya.
"Kangen kamu, Wiiiinnn..."

LDR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang