Suara dering ponsel membuat Krit yang semula sibuk memasukan pakaian ke dalam tasnya kini beralih meraih benda pipih tersebut. Sebuah senyum mengembang di wajahnya ketika menatap layar ponselnya. Tanpa membuang waktu lebih lama lagi, maka dia segera memencet menggeser tombol hijau di layarnya.
"Halo, Billkin..." Sapanya riang. Lelaki itu tidak dapat menyembunyikan senyumnya ketika mendapati mantan yang kini telah menjadi kekasihnya kembali itu menghubunginya.
Jauh di sana Billkin terkekeh geli mendengar nada suara Krit.
"Pagi.""Pagi juga. Kenapa kamu telfon pagi pagi?" Tanya Krit seraya menjepit ponsel di telinganya. Dia menarik resleting tas.
"Kangen aku, hm?"
Suara tawa Billkin terdengar di telinganya bagaikan alunan melodi yang dapat membuat hati Krit merasa damai.
"Pede banget."
"Oh, jadi nggak kangen nih? Kita udah lama nggak ketemu loh." Billkin memainkan jarinya sendiri di seberang sana.
"Kangen..." Krit menarik sudut bibirnya jadi tersenyum miring. Lantas dia kembali berucap.
"I miss you too, Billkin." Billkin terkekeh mendengar suara imut dari Krit.
"Lagi ngapain, Krit?" Krit melirik ke tasnya yang sudah rapih.
"Lagi beresin pakaian." Billkin manggut-manggut.
"Oh... kirain lagi mikirin aku."
"Itu sih setiap saat. Mikirin kamu udah jadi rutinitas buat aku, sayang." Billkin terkekeh mendengar ucapan dari Krit Amnuaydichkorn.
"I love you, Billkin." Lagi. Suara Krit terdengar membuat Billkin tidak dapat menyembunyikan senyumnya.
"I love you too, Krit."
"Oh iya, btw tiga hari lagi aku balik ke rumah kayanya." Ujar Krit. Billkin yang di seberang telepon tentu ikut senang mendengarnya.
"Oh ya? Bagus dong kalo gitu. Berarti hubungan kamu sama orangtua kamu udah baik baik aja kan?" Tanyanya.
"Hmm, aku rasa sih gitu?" Balasnya yang lebih terdengar seperti pertanyaan.
"Aku ikut seneng dengernya, Krit." Krit tersenyum.
"Makasih ya."
"Aku nanti kesana ya bantuin kamu bawa barang barang." Mata Krit membulat sempurna ketika mendengar niat Billkin untuk membantunya pindahan.
"Oke, Billkin! Aku tunggu ya," Balas Krit senang.
"Yaudah kalo gitu aku tutup dulu ya telfonnya. Mami minta anter ke supermarket soalnya," Pamit Billkin.
"Oke, sayang. Salam buat Mami ya..." Billkin mengangguk.
"Nanti aku sampein. Bye, Krit!"
"Bye..."
Krit menjauhkan ponsel dari telinganya sesaat setelah Billkin mematikan sambungan telepon tersebut. Dia tersenyum.
How lucky I am to have Putthipong Assaratanakul in my life
Krit menatap ke sekitar sebelum akhirnya bangkit dari posisinya yang semula berjongkok bersamaan dengan suara perutnya yang terdengar.
"Duh, laper. Mana gue belum belanja bahan makanan lagi..." Keluhnya.
Pada akhirnya Krit memutuskan untuk membeli makanan di luar. Lelaki itu hanya masih mengenakan piyama yang di balut hoodie kuning dengan tudung kepala yang menyembunyikan rambutnya. Dia mengunci unit apartemennya lalu berjalan menuju lift untuk sampai ke lantai dasar gedung apartemennya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LDR [END]
FanfictionLong Distance Relationship. Jujur, Tay benci dengan sebutan itu. Membayangkan harinya tanpa Newwie dalam waktu yang tidak sebentar membuat kepalanya pusing. Disatu sisi dia juga tentu saja tidak bisa memaksakan egonya agar New tetap tinggal disini d...