09

154 11 1
                                    

Sydney, Australia.

Seusai kelas berakhir. Newwie segera berjalan menyusuri gedung fakultasnya yaitu Faculty of Health and Medical Sciences University of Western Australia. Suasana fakultasnya ramai seperti biasanya, orang-orang di dalam gedung ini terlihat sibuk. Meski New terbilang masih tingkat awal, namun dia juga mulai merasakan sibuknya menjadi mahasiswa kedokteran. Dia menghela napas lelah seraya terus berjalan.

"New Thitipoom..."

Langkah New otomatis terhenti ketika sebuah suara baru saja memanggil namanya. Tentu saja dia, siapa lagi memangnya di tempat ini yang bernama New Thitipoom?

Newwie membalikan badannya, lantas kedua netranya menemukan Gawin yang tengah melambaikan tangannya dari jarak beberapa meter. New mengangguk sekilas sebelum akhirnya dia lihat mantan ketua kelas sewaktu kelas sepuluhnya tersebut berjalan menghampirinya dengan senyum yang terpancar dari wajahnya.

"Buru-buru banget? Mau langsung balik?" Tanya Gawin.

"Gimana kalo ke catalyst dulu?"

Sebenarnya niat New ingin langsung pulang ke apartemen, tapi dia tidak bisa menolak tawaran dari Gawin. Lagi pula dia pikir bukan masalah besar jika mereka istirahat sebentar sambil berbincang bersama di tempat yang Gawin sebutkan.

"Oke."

Gawin otomatis merangkul bahu Newwie.
"Let's go."

Catalyst Cafe atau yang dikenal juga sebagai Science Cafe adalah salah satu tempat yang menyediakan makanan dan minuman yang lokasinya berada di lingkungan kampus UWA. Biasanya Catalyst selalu didatangi oleh mahasiswa UWA, khususnya mahasiswa Fakultas Kedokteran.

Gawin mendorong pintu kaca cafe tersebut diikuti oleh New yang mengekor di belakang. Mereka memilih meja di sudut ruangan, alasannya agar lebih nyaman tidak di lewati orang-orang.

"Mau pesen apa?" tanya Gawin.

"Kaya biasa aja." Newwie membuka ransel untuk mengambil kartu membership nya. Mahasiswa yang memiliki kartu membership catalyst cafe akan dapat potongan harga untuk setiap pembelian makanan atau minuman disini. Namun, pergerakan New jadi terhenti ketika tiba-tiba suara Gawin terdengar.

"No need to pay, New. I'll treat you today," New menatap Gawin sesaat sebelum terkekeh.

"Tumben? Tapi, gapapa deh lumayan gratisan." ucap New.

Gratis. Entah sejak kapan kata itu menjadi sangat diperhitungkan oleh New. Baginya tinggal di Negara lain, maka harus pintar mengatur keuangan kalau tetap ingin bertahan hidup.

Meski New terbilang dari keluarga yang berada, tapi keadaan keluarga yang tidak utuh tanpa seorang Ayah yang membuat lelaki itu berpikir untuk hidup mandiri tanpa harus selalu menyusahkan Ibunya. Setidaknya selama hidup di Australia, New pikir dia harus hemat. Meski Mook tidak pernah lelah untuk mengingatkan putranya agar tetap menghubungi dirinya jika berhubungan finansial. Namun, Newwie pikir selama ini dia sudah banyak merepotkan Ibunya, terlebih lagi sumber keuangan keluarganya hanya berasal dari Ibunya. Maka dari itu dia mengejar beasiswa sampai kuliah di Australia. Meski tidak sepenuhnya dia tidak mengeluarkan uang sepeserpun selama kuliah disini, tapi setidaknya bisa mengurangkan sedikit beban Ibunya.

Gawin menggulung sedikit lengan jas lab putihnya sebelum menjawab ucapan New.
"Iya, simpen aja saldo lu. Gue yang teraktir..."

New yang melipat kedua tangannya diatas meja lantas mendongak menatap kearah Gawin yang sejak tadi berdiri. Lantas dia mengangguk seraya tersenyum lebar sampai memperlihatkan deretan giginya.

LDR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang