[1. Kakek menyebalkan]🌷

29.4K 1K 6
                                    

•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


HALLO KESAYANGAN AKU💗

Bagaimana kabarnya?

Jangan lupa berbuat kebaikan dengan vote, commen and share😻

Thankyou 🌷

HAPPY READING 💗

~⁠♪。⁠*⁠♡

___

Qilla melempar bantal sofa kearah sang kakek. "Kakek tua sialan, aku bosan terus-terusan berdiam diri di rumah sebesar ini," gerutunya kesal.

"Jangan mengumpati ku terus." Lexham mendengus kesal melihat tingkah cucu kesayangan nya itu.

"Aku sudah mendaftarkan sekolah mu di SMA bulgavari, Minggu depan sudah bisa sekolah," lanjut Lexham santai mengabaikan tatapan protes dari cucunya itu.

"Kenapa tidak homeschooling saja sih, aku malas berinteraksi dengan menusia," protes Azqilla garang.

Lexham berdiri dari duduknya. "Aku bosan melihat mu dirumah, jadilah anak penurut dengan bersekolah," nasehat nya kemudian beranjak pergi menuju ruang kerjanya.

"Menyebalkan," Azqilla mencibir pelan setelah itu beranjak menuju kamarnya.

Azqilla mengganti piyama hitam nya dengan sweater hitam oversize serta celana kulot warna beige.

Dia berencana untuk berkumpul dengan teman-teman sopan dan penuh kebaikan itu.

༼ つ ◕‿◕ ༽つ

Brichia menerawang penampilan Qilla dari atas hingga bawah. "Aneh, nggak biasanya lo berpakaian soft gini cil!"

"Tumben? Kagak nongkrong di negara sebelah," Kendra ikut-ikutan menyindir.

Gadis itu menatap malas, "Mulut sampah kalian bisa diam tidak?" ujarnya dengan suara kecil serta senyum lebar yang sangat manis.

"Nggak usah senyum, jelek," timpal Arvan melirik ngeri dengan senyuman itu.

Perlahan wajah Qilla mulai cemberut, "Kakek memblokir akses ku untuk keluar, menyebalkan bahkan dia menyuruh untuk bersekolah secara normal," adunya seperti anak kecil.

"Sekolah mana?" tanya Brichia antusias.

"Tempat kalian," balas Qilla dengan wajah sendu.

Menepuk pelan kepala Qilla seperti anak kecil, "Nggak papa disana banyak mainan mana tau Qilla tertarik," tutur Kendra.

"Lumayan," timpal Brichia ikut menghibur.

"Nanti kita main sama-sama," celetuk Arvan membuat mereka mengangguk setuju.

Bermain-main seperti domba, tapi memangsa seperti serigala itulah mereka.

Manipulative Behavior [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang