[34. Oi, kakek tua! ]

4.8K 216 6
                                    

"Lagipula untuk apa menyalahkan diri sendiri atas takdir yang telah terjadi?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lagipula untuk apa menyalahkan diri sendiri atas takdir yang telah terjadi?"

"Itu akan berakhir sia-sia."
~Aloif_zee

HAPPY READING 💗

TERIMAKASIH ATAS KUNJUNGAN 😻

JANGAN LUPA VOTE, COMMENT, AND SHARE AGAR KITA SAMA-SAMA BERBAGI KISAH KEHIDUPAN.
°
*⁠.⁠✧∘⁠˚⁠˳⁠°~。⁠☆
°
_______

Dunia ini penuh dengan manusia munafik. Jangankan orang lain, terkadang diri sendiri juga bisa mengingkari.

Manusia itu sifatnya berubah-ubah, kemarin dia mengatakan A, mungkin saja lusa dia akan mengatakan C. Tidak ada yang tahu, kapan akan berubah.

Sama halnya dengan orang-orang yang mengatakan,

"Biar bagaimana mereka orang tuamu."

"Biar bagaimanapun, dia ibumu."

"Biar bagaimanapun, dia ayahmu."

Memuakkan, manusia yang mampu mengucapkan hal tersebut adalah manusia yang tak pernah mengalami nya.

Bagaimana hidup tanpa nafkah dari ayah, atau bagaimana bertahan di dunia tanpa sosok seorang ibu.

Padahal mereka berdua masih hidup.

Sejak perceraian kedua orang tuanya, Qilla diurus oleh sang kakek. Bukan tanpa alasan, semenjak bercerai ayahnya selalu jatuh sakit.

Sampai akhirnya meninggalkan Qilla untuk selama-lamanya.

Dia tak masalah jika memang harus hidup dengan sang kakek. Bahkan ia merasa hidupnya lebih sejahtera ketimbang dulu saat diasuh oleh sang ibu.

Qilla tak benci karena wanita itu meninggalkan nya. Hanya saja ia muak kenapa wanita jahat itu masih hidup sampai saat ini. Benci mengakui bahwa wanita jahat itu adalah ibunya.

Kalau bisa menentukan takdir, Qilla mungkin akan memilih orang tua yang mampu memberikan nya hidup dengan bergelimang kasih sayang.

Namun, ia hanya seorang manusia biasa.

Bukan Tuhan.

Dan hanya seorang bayi polos yang lahir ke atas dunia ini karena kesepakatan kedua orang tua nya.

Bukan salahnya.

Lagipula untuk apa menyalahkan diri sendiri atas takdir yang telah terjadi?

Itu akan berakhir sia-sia.

"Memikirkan apa?" Gillbert menghampiri Qilla yang sedari tadi terlihat melamun, sembari memberikan minuman susu rasa full cream ke hadapan nya.

Seketika wajah gadis itu tersenyum dengan lebar. Entahlah, dia suka buah strawberry namun tak menyukai dalam bentuk susu, apapun merek produk nya. Ia tak akan meminum, bahkan untuk sekedar mencicipi saja enggan.

Manipulative Behavior [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang