[17. Flashback ] 😱

7.1K 323 3
                                    

"Biar mental kita sama-sama siap untuk menikah, agar nggak ada korban dalam rumah tangga kita nanti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Biar mental kita sama-sama siap untuk menikah, agar nggak ada korban dalam rumah tangga kita nanti." -Qilla
-
Pernikahan bukan hanya tentang mengikrarkan janji, namun juga mampu untuk menjabarkan makna dari janji tersebut dalam pernikahan itu sendiri, termasuk mempersiapkan emosional yang baik.
-
Hallo bestieh-bestieh kesayangan acuuuu 😋🫶 telimakaciiiiii sudah berkunjung ❤️💐
-
HAPPY READING 💗
-
-o0o-

Gillbert mengambil handphone milik pacarnya, menaruh pelan susu serta cookies yang di berikan bibi barusan
"Minum dulu, nanti main hpnya Qilla."

Dia hanya mendengus dingin, masih marah perihal tadi. "Pulang sana, aku tidak butuh perhatian mu!"

Gilbert hanya diam, meletakkan handphone itu di meja samping sofa kemudian duduk tepat di dekat Qilla.

"Nggak usah deket-deket, jauhan. Kau pikir aku mudah luluh, Gill?" Cetus Qilla mendorong tubuh Gillbert agar menjauh dari nya.

Namun, namanya juga Gillbert si batu keras kepala. Tetap pada posisi awal, tidak menghindar apalagi mundur.

Karena nyuruh mundur, itu tukang parkir dan crush yang ternyata menyukai teman sendiri.

"Sebelum ikut volly, aku sudah melarang bukan? Kau saja yang keras kepala, sekarang terima saja konsekuensinya." Gilbert berbisik serak di telinga sang pacar.

Qilla mendorong pelan dada bidang Gillbert, menyilang kan tangan nya di depan dada kemudian menatap angkuh pacarnya.

Percayalah, itu menggemaskan di mata Gillbert.

Mungkin, hanya dia yang menganggap ekspresi datar Qilla secantik itu. Karena nyatanya, Xetras bahkan Lexham tidak akan pernah menyinggung Qilla jika dalam mode serius seperti saat ini.

Benar, jodoh cerminan diri sendiri. Jika Qilla gila, Gillbert pasti akan lebih gila.

Tawa rendah nya mengalun pelan. "Keras kepala," timpal Gillbert sembari mengambil gelas berisi susu vanila kemudian memberikannya.

Lebih tepat, memberikan langsung gelas itu tepat di depan bibir mungil Qilla. Mengkode agar pacarnya segera membuka mulut untuk menelan susu tersebut, dengan terpaksa Qilla akhirnya meminum hingga setengah.

Gillbert melihat noda susu di lekukan vertikal di bagian tengah bibir atas (Philtrum), meletakkan gelas tersebut dan menjangkau tisu di atas meja itu. Kemudian mengelap sisa noda tersebut dengan lembut.

Selesai. Mendekatkan wajahnya pada Qilla, mengecup singkat sudut bibir pacarnya. Beruntung sekali Gillbert mendapatkan Qilla sebagai pacarnya, apalagi sang kakek Gavian sudah mengetahui hubungan mereka.

"Jangan marah terlalu lama, kau semakin menggemaskan seperti itu sayang," bisik Gilbert kemudian menjauhkan wajahnya.

Jantungnya berdebar kencang, pipi Qilla mulai bersemu merah. Bibir berkedut menahan senyum, namun Qilla memilih untuk menahan nya.

Manipulative Behavior [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang