[11. Tidak bisa marah! ] 💋

7.6K 376 6
                                    

"Jangan melihat potensi musuh? you're crazy!"
-Qilla
-

-
-o0o-

"Loh kamu juga ikut?" Tanya Selly sembari menatap Qilla dalam diam.

Qilla, dia terlihat antusias dalam pendaftaran lomba volly putri tingkat nasional.

Perlombaan yang tidak bisa dikatakan sederhana, seleksi pada tingkat nasional ini lebih ketat sehingga membutuhkan usaha yang cukup besar.

Dua tahun berturut-turut Selly mengikuti perlombaan voly, tidak pernah ada yang mampu menyaingi tim nya dari awal.

Kepala sekolah serta majelis guru pun sudah mempercayai secara penuh harapan mereka pada tim nya. Namun, tahun ini kembali di cari bibit-bibit unggul karena masa angkatan dia segera berakhir.

Dan ini kesempatan terakhir nya untuk menunjang popularitas. Namun, tidak disangka ketika menuju loket pendaftaran lomba ia akan bertemu dengan Qilla.

Adik kelas nya yang akhir-akhir ini menjadi perbincangan hangat karena kedekatan nya dengan circle Ateez dan pertemanan Arvan.

Pertemanan Arvan, salah satu lingkaran hubungan yang saling menguntungkan satu dengan yang lain disertai latar belakang yang tidak main-main. Mereka pemegang lingkaran teratas pada angkatan kelas 11, tidak ada yang pernah masuk sedari awal karena pasti akan berujung dikeluarkan.

Alasan simple yang biasa mereka pakai yaitu, tidak sesuai dengan kriteria yang diinginkan.

Sedang kan pada angkatan kelas 12 circle Ateez lah yang paling ramai di perbincangkan. Selain hubungan mereka di latar belakangi dari silsilah keluarga yang sama yaitu lingkaran sepupu, mereka juga tidak menerima orang luar untuk bergabung.

Qilla mengangguk dengan semangat, "Iya kak, Soalnya aku mau nyoba pengalaman baru!"

Selly hanya tersenyum tipis, tidak mungkin bocah polos seperti dia mampu mengalahkan nya. Oh ayolah apakah dunia bercanda mengirimkan saingan seperti dia?

Namun tiba-tiba Qilla menatap murung. Selly spontan panik takut orang-orang menyalahkan nya, "Kenapa? Kok murung? Nggak papa itukan hal bagus kamu mau mencoba pengalaman baru."

"Aku minder, soalnya servis aku kurang tepat terus katanya kakak udah 2 tahun pemegang piala lomba volly," keluh Qilla lesu, dia menjadi tidak semangat.

Selly tersenyum lebar, benar itu yang dirinya inginkan agar musuh lemah karena jejak prestasi nya dulu. "Usaha dulu, jangan liat seberapa besar potensi musuh kamu karena itu semua tergantung seberapa besar usaha yang kamu peroleh."

"Yaudah, kakak pamit dulu ya. Sampai jumpa di latihan volly," ujar dia sembari melambaikan tangan.

Qilla menatap hampa, benar kita tidak boleh melihat potensi musuh tapi setelah dipikir-pikir mindset bodoh dari mana itu.

Manipulative Behavior [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang