[15. Emosi? Lo hancur] 🔥

7.1K 395 4
                                    

"Sesakit apapun hari kemarin, hari esok akan tetap berjalan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sesakit apapun hari kemarin, hari esok akan tetap berjalan."

-Qilla

Hallo bestieh-bestieh kesayangan acuuuu 😋💗, tetaplah semangat meski ayangmu gepeng. Aku berharap kabar kalian semua, baik-baik saja. Maksa ini😤

Terimakasih, untuk semua yang telah bergabung.

HAPPY READING 💗


-o0o-

Kendra menatap kagum, "Gilak, ngeri gue liat Lo lari tadi cill. Ceroboh bisa jatuh Lo, ya walaupun ending tetep jatuh sih."

Cia tertawa receh, mengingat ekspresi Qilla terjatuh dengan cara terselungkup karena menggunakan passing bawah. Namun ini terlalu ke bawah, akhirnya nyungsep.

Memalukan,

Tapi akhirnya memasuki babak final.

Artinya, melawan ratu volly tingkat nasional. Masih ada babak penentuan, mungkin masih bisa tertawa untuk saat ini. Menikmati waktu istirahat yang diberikan oleh wasit.

"Bisa diam? Kalian berisik," bisik Qilla berdesis kesal.

Sedari tadi, suasana hatinya turun. Tidak sengaja melihat kedekatan antara Gilbert dengan Selly. Padahal Selly adalah pemain, Kenapa tidak menunggu di barisan para pemain. Walaupun Gilbert menanggapi dengan cuek, namun tetap saja.

Cemburu tidak melihat Siapa orangnya.

Walaupun Qilla tidak memasang wajah datar, namun raut cemberut nya sudah terlihat jelas sedari tadi.

Dengan profesional, Qilla melangkah perlahan, memasuki lapangan pertandingan bola voli. Walaupun suasana hatinya memburuk, namun pertandingan masih akan terus berjalan.

Sama halnya dengan kehidupan. Sesakit apapun hari kemarin, hari esok akan tetap berjalan.

Kendra menatap heran, ada apalagi dengan bocah itu.

Cia masih tertawa, "Si hantu benalu mepet-mepet sama pacarnya tadi, makanya wajah nya gelap kek setan."

Mendengar hal tersebut, mereka bertiga kompak tertawa. Ditambah Arvan yang jarang tertawa, sekarang malah ikut-ikutan. Bahkan murid sekitar terperangah dengan tawanya.

Kompak sekali dalam membully bocah kematian.

Leya memimpin tim nya, melakukan pelukan pembuka kemudian berdoa sesuai agama masing-masing sebagai bentuk meminta restu untuk menang dalam pertandingan semi final kali ini.

Peluit berbunyi nyaring, kali ini tim Selly pemegang bola. Pertandingan dimulai dengan pukulan servis yang dilayangkan oleh tim Selly. Leya mengambil posisi pada bagian tengah, melakukan passing atas dan mengoper pada Ellen kemudian melompat melakukan smash. Namun ternyata pihak Selly mengetahui strategi tersebut, sehingga mereka melakukan block tepat di area net.

Manipulative Behavior [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang