[13. Yatim jaya ] 🌚

7.7K 370 13
                                    

Kali ini dia, berlari kencang dengan kaki pendeknya. Mencoba menapik bola, dan benar bola itu akhirnya kembali ke arena musuh tanpa tangkisan.

Namun, naas nya Qilla terjatuh kembali karena mencoba menangkis bola menggunakan teknik passing bawah.

Teman setim nya, Nayara mencoba membantu untuk berdiri. "Okey kan Qil?"

Qilla mengangguk, walaupun raut wajahnya lesu tak berdaya akibat benturan pijakan tempat dia terjatuh.

Selama beberapa hari latihan, terdapat beberapa peningkatan bagi kemampuan bermain nya. Selain sudah mampu menservis dengan baik, Qilla juga dapat menggunakan teknik blok yang dapat menghalau bola memasuki arena nya.

Dulu, kepandaian nya bermain volly hanya sebatas passing dengan servis. Sekarang, setelah kembali mengasah Qilla akhirnya memahami beberapa teknik dalam permainan bola volly untuk mengecoh lawan.

Tidak sia-sia prosesnya selama ini, walaupun disertai dengan bentakan-bentakan kecil dari Papa Marteo nya.

Qilla kembali melewati masa-masa berproses untuk sebuah hasil yang maksimal.

Ia bahagia, merasakan betapa berartinya kehidupan jika kita lebih memperhatikan proses kecil dari alurnya.

Walaupun sempat beberapa kali, Qilla terkena absurdisme. Namun, hal tersebut tidak membuat dia untuk menyerah akan kekalahan serta kegagalan.

Absurdisme adalah suatu paham atau aliran yang didasarkan pada kepercayaan bahwa usaha manusia untuk mencari arti dari kehidupan akan berakhir dengan kegagalan.

ಡ⁠ ͜⁠ ⁠ʖ⁠ ⁠ಡ

Kendra menepuk pelan tangan Qilla yang mencoba menggapai cookies miliknya, "Jangan sentuh-sentuh, bukan mahram!"

Qilla cemberut, manusia serakah dan pelit memang terkadang membuat darah tinggi dan jengkel.

Namun, tiba-tiba dengan penuh rendah hati dan kebaikan malaikat. Arvan menyodorkan cookies coklat untuk dirinya.

Mereka baru saja kembali setelah menyelesaikan tugas dari kakek Lexham. Membawa beberapa oleh-oleh untuk Qilla, bocah kematian Xetras tentunya.

Tetapi, dia malah tertarik dengan cookies yang ada di genggaman Kendra. Alhasil, sedari tadi meributkan hal tersebut.

Qilla menggeleng pelan, kemudian mengembalikan cookies milik Arvan. "Kalian udah nggak sayang Qilla?"

Brichia tersedak pelan, konsentrasi nya terhadap laptop di depan nya pecah begitu saja. Di akibatkan oleh pertanyaan konyol si bocah setan.

"Maaf Cia, habisnya Ken nggak mau berbagi cookies. Kayaknya bener, kalian punya circle di dalam circle deh!" Celetuk Qilla menunduk pelan.

Arvan menatap heran, ada apa? Tidak biasanya si tampang judes itu terlihat sedih.

Brichia menyenggol kasar lengan Kendra di sebelahnya, memberikan tatapan tajam karena telah membuat bocah itu kesurupan.

Tidak maksudnya bersedih, kesurupan terlalu kasar istilahnya.

"Mau peluk?" tanya Arvan merentangkan tangan nya.

Tidak disangka, ternyata Qilla masuk ke dalam dekapan hangat tersebut. Brichia menghela napas pelan, ternyata benar kesurupan.

Seperti nya anak tersebut sedang merasakan sedih, namun tidak tahu sedih kenapa.

Manipulative Behavior [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang