[3. Brutal or sadis?] 😋

13.4K 637 18
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



-o0o-

"Mudah banget tu anak pindahan beradaptasi, bahkan udah masuk circle itu aja," Leo sembari menunjuk Qilla dari jauh.

Regan mengangguk setuju. "Tapi kasian, gue denger-denger dia kena hukum soalnya nanggepin keributan yang dibuat tu circle, jadi keseret deh," ujarnya sembari memakan batagor.

Leo ikut melirik murid baru tersebut. "Keliatan sih terpengaruh, liat aja mukanya polos, mudah di manfaatin."

Regan kembali menambah kan topik tersebut, mereka sedang seru-serunya bergosip. "Katanya sebelum ini, homeschooling, makanya pas pindah disini jadi bingung."

"Mana tahuan anaknya emang mudah bergaul, kalian jangan berasumsi sendiri gitu," timpal Selly membuat mereka kompak mendengus kesal.

Selly, perempuan satu-satunya di antara mereka itu selalu bertingkah seolah paling benar di hadapan Gillbert. Mencari-cari perhatian hingga tak sempat menghargai sepupunya yang lain, hal tersebut membuat Leo dan Regan menaruh rasa tak suka.

Jika tidak ada Gillbert dan Edward, Selly bertingkah seenak nya kepada mereka.

Seolah paling berkuasa, tapi ketika ada Gill dan Edward dia bertingkah seolah perempuan paling lemah.

Itu memuak kan, tapi mereka tetap diam karena tidak ingin merusak persahabatan berempat mereka sedari kecil hanya karena seorang perempuan.

Selly baru bergabung dengan dia saat naik kelas 12, tapi perempuan itu bertingkah seolah paling lama berteman.

Tingkah nya.

Menyedihkan.

Sedangkan di seberang sana, Qilla masih asik berceloteh.

"Kayak nya aku suka deh sama kak Gill," celetuk kecil Qilla tiba-tiba membuat meja mereka hening seketika.

"Gila, Lo suka dari sudut pandang mana ini?," tanya Kendra hampir tersedak mendengar ucapan random sahabat nya itu.

"Sudut pandang normal, tapi aku ga suka liat yang nempel-nempel itu," tutur Qilla sedih membuat sebagian mereka yang melihat wajah sendu Qilla jadi kasian.

Mereka berpikir Qilla di siksa oleh circle itu, tapi pikiran mereka sebenarnya terbalik.

"Kita akan ikut masuk kalau Lo ngizinin, sebelum itu tidak akan," ujar Brichia dengan kata-kata yang sulit di pahami topik yang sebenarnya mereka bahas.

"Nggak mau, aku mau main nya sendirian dulu," ucap Qilla menahan tangis.

"Setan," batin mereka berteriak melihat Qilla menahan tangis.

Bisa-bisa yang disalahkan oleh publik mereka, karena tidak mungkin Qilla yang lugu dan polos itu menganiaya mereka.

"Udah ya, nanti deketin aja kak_____" ucap Arvan mencoba melerai tapi terpotong oleh celetukan lain.

Manipulative Behavior [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang