[18. Sialan ] 🔥

6.4K 296 5
                                    

"Keluarga Cemara tidak akan terbentuk jika tidak memiliki peran ayah dan peran ibu di dalam nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Keluarga Cemara tidak akan terbentuk jika tidak memiliki peran ayah dan peran ibu di dalam nya."-Qilla
-
Hallo bestieh-bestieh kesayangan acuuuu 😻🫶 telimakaciiiiii atas kunjungan nya 😻
-
HAPPY READING 💗
-
-o0o-

"Kapan akan memberikan sertifikat villa itu kakek?" rengek Qilla tidak berhenti sedari tadi.

Bergelayut manja di kaki sang kakek, membuat Lexham jengah sedari tadi. Tidak bisakah bocah ini diam, setidaknya istirahat karena mengeluarkan banyak energi beberapa hari terakhir ini.

Tapi apa yang bisa diharapkan dari bocah ini? Ya, tidak ada.

Rafael hanya melirik singkat, kemudian melanjutkan aktivitas nya yang sedang asik menonton movie.

"Nanti, aku alihkan dulu namanya. Kau ingin villa atas nama diriku?" Sontak Qilla menggeleng, mana mau dia.

"Yasudah, diam. Lebih baik kau temani uncle mu menonton film," titah Lexham sembari menunjuk putra bungsunya.

"Malas, baiknya aku tidur sesuai permintaan kakek."

Bangkit dari posisi nya tadi, kemudian mengecup singkat pipi sang kakek. Melambaikan tangan dan berlari pelan menuju lantai atas sembari melewati tangga.

Sebenarnya, hampir semua aset yang dimiliki oleh Lexham atas nama Qilla. Namun, dia hanya merasa gengsi memberikan sekarang.

Semua aset itu bertujuan untuk tabungan masa depan Qilla. Karena, takdir kedepan tidak ada yang tahu. Oleh sebab itu, Lexham mengutus pengacara pribadi nya untuk mengurus ahli waris di pengadilan.

Namun, karena bocah itu masih menyebalkan. Lexham memutuskan untuk mengundur memberikan.

🌷🌷🌷

"Qilla, Lo nggak bisa duduk diem? Dari tadi muter-muter mulu anjer," timpal Kendra kesal.

Bagaimana tidak? Dia sedang sibuk mengerjakan beberapa data untuk dikirim saat ini juga. Namun lihatlah, bocah itu malah mengelilingi nya karena minta ditemani beli es cream yang kemarin.

"Ayok, temenin ih!" rengek Qilla sembari menendang-nendang kaki Kendra.

Dengan kasar, Kendra mengusap wajahnya. Ingin berteriak, namun dia malah tersenyum lembut, "Arvan sanah, gue lagi sibuk Cil."

Akhirnya dengan penuh lapang dada dan jiwa raga, Arvan menemani Qilla membeli es cream. Awalnya mereka ingin menuju tempat yang kemarin karena lokasi yang dekat, namun ternyata toko es cream itu tutup. Alhasil, mereka menuju kota untuk mencari permintaan dari bocah tersebut. Di kursi bagian belakang juga terdapat uncle Rafael, dia hanya diam karena juga mengantuk.

Ayahnya menyuruh dia untuk menemani bocah berdua itu membeli es cream. Entahlah, katanya untuk meningkatkan hubungan antara paman dan keponakan.

Manipulative Behavior [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang