36

9 2 0
                                    

"Sultan." Panggil Kania sambil mendekatinya.
Sultan menghentikan langkah kakinya dan menunggu Kania menemuinya.
"Aku dengar toko bunga Yura sedang dalam masalah ya?" Ucapnya seakan prihatin pada Yura. Kania sebenarnya tidak tahu apa yang sudah terjadi kemarin. Broto sengaja tidak memberitahu Kania agar Kania menjilat ludahnya sendiri.

"Ia, lalu kenapa?" Jawab Sultan.
"Ya sudah sepulang acara ini kita ketoko bunga Yura ya. Siapa tahu Yura butuh bantuan kita."
Rasanya Sultan ingin tertawa lebar dan menghempaskan wanita yang dianggapnya seperti kutu ini. Tapi ada baiknya Sultan memulai rencana baru untuk membuat gadis picik ini jera.
"Ya sudah kalau kamu berkenan. Memang tokonya sangat hancur dan masih butuh banyak tenaga untuk membantunya. Trimakasih untuk perhatian kamu." Jawab Sultan lagi.
"Ia sama-sama, kamu tidak perlu hitungkan hal kecil semacam ini padaku. Aku juga sudah menganggap Yura sebagai temanku sama seperti kamu."
"Ya sudah sampai ketemu ditoko kalau begitu." Sambung Sultan dan pergi.

Sultan tiba ditoko dengan membawa banyak makanan untuk Yura dan teman-temannya. Seharian memperbaiki toko lagi dan memenuhi semua pesanan pasti membuat Yura dan teman-temannya lupa untuk mengisi perut mereka.
"Makasih ya kak, biar aku siapin dulu makanannya." ucap Ratih senang.
"Harusnya gak perlu repot-repot kak. Kita bisa pesan makanan online kan." sambung Yura sambil merangkai bunga.

Saat mereka sibuk menyantap makanan yang dibawa Sultan, tiba-tiba Kania muncul didepan toko bunga milik Yura. Wajah Yura berubah menjadi merah padam, Yura menjadi sangat jengkel dan marah.
"Mau apalagi sih gadis ini." ucapnya sambil berdiri dan perlahan menghampiri Kania. Tapi Sultan memberhentikan langkah kecilnya Yura.
"Kenapa kak? Kakak yang membawanya kesini?" Tanya Yura.
"Ia." jawab Sultan.
Yura binggung kenapa Sultan membawanya ketoko. Apakah Sultan ingin Yura dan Kania segera berdamai. Yura menatap Sultan dengan wajah yang penuh dengan amarah. Lalu Yura pergi tanpa menoleh pada Sultan.

Sultan perlahan menghampiri Yura sambil membantunya menyisihkan bunga-bunga yang rusak kedalam tumpukan sampah.
"Aku melihatnya sangat prihatin dengan kejadian ditoko hari ini dengan suka rela dia ingin membantu kita. Kupikir kita butuh tenaga tambahan untuk menyapu dan mengepel. Kenapa tidak berikan padanya saja. Hitung-hitung dia bertanggung jawab atas perbuatannya. Meski sampai detik ini dia masih saja pura-pura tidak mengerti dengan apa yang sedang terjadi." Kata Sultan sambil memberhentikan pekerjaan Yura dengan memegang tangan Yura yang kecil.

Yura menarik cepat tangannya dari sentuhan Sultan. Wajahnya sedikit berubah tapi Yura tetap tidak setuju gadis ini masuk kedalam tokonya.

"Astaga kenapa jadi seberantakan ini." Kata Kania dengan nada centilnya dan duduk disebelah Sultan.
Ratih dan Milie sebenarnya sudah ingin sekali memakinya. Tapi Yura menyuruh mereka untuk tetap tenang dan percayakan hal ini pada Sultan.
"Dokter Kania makanlah dulu selagi makanan ini masih hangat. Kau butuh banyak tenaga untuk membantu kami disini." Ucap Milie manis.
"Oh ia trimakasih." Sambil mengisi piring miliknya.

"Rasanya belum berubah ya. Kamu masih makan makanan ini ya. Aku jadi ingat kalau kita dulu sering makan ini setelah pulang kuliah. Meski sudah bertahun-tahun rasanya masih tetap sama ya. Aku jadi rindu masa itu deh Sultan." Katanya sambil senyam senyum melirik kearah Yura.
Sultan diam saja. Dia tidak bicara sepatah katapun apalagi merespon Kania.

Setelah selesai makan mereka mulai lagi untuk menata toko dan membuat pesanan. Kania sibuk mengikuti langkah Sultan kemana ia pergi.
"Aku bisa bantu apa ya?" Tanyanya pada Sultan.
"Disana sangat berdebu tolong disapu dan diepel." Jawab Sultan.
"Apa? Aku tidak pernah melakukan pekerjaan itu Sultan. Kamu kan tahu aku alergi debu. Kamu setega itu sama aku." Rayu Kania.
"Ia, kalau kamu tidak bisa melakukannya silahkan pergi dari sini kami tidak akan keberatan." Jawab Sultan lagi.
"Baiklah." Ucap Kania kesal.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 24 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pangeran Itu SULTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang