"Selamat pagi, Menantu." sapa Gwen yang sedang mengaduk teh ketika melihat Glitzy datang ke dapur.
Glitzy tersenyum. "Selamat pagi juga, Mami." Glitzy mengecup pipi Gwen.
"Glitz mau ngapain?" tanya Gwen saat melihat Glitzy mengambil gelas teh.
"Mau bikin teh untuk Jax, Mi." jawab Glitzy.
"Udah dibikin sama mbak, di teko kaca, udah ada di ruang makan."
"Terus ini teh buat siapa?" tanya Glitzy sambil menunjuk teh yang Gwen buat.
"Ini teh untuk Daddy, Mami emang selalu bikin teh untuk Daddy."
Glitzy memasang raut sedih. "Glitz juga pengen kayak Mami, buat teh untuk suami."
"Besok aja, ya. Kasihan mbak, tehnya udah terlanjur dibuat." balas Gwen.
"Oke, deh." Glitzy mengangguk dan mereka sama-sama pergi ke ruang makan di mana Glitzy tertegun melihat Jay yang pagi-pagi sekali sudah duduk di kursi tanpa kehadiran May.
Jay yang sedang berbicara dengan Morgan melirik Glitzy sejenak.
"Kamu sendirian ke sini? May di mana?" tanya Gwen pada Jay sambil menaruh gelas teh di depan Morgan.
"May masih tidur, karena nggak ada yang buat sarapan jadinya aku ke sini." jawab Jay.
"Glitz mau panggil Jax dulu, ya, Mi, Dad." kata Glitzy menatap bergantian Morgan dan Gwen.
"Kok gue nggak disebut?" Jay bersuara tepat saat Glitzy balik badan, Morgan dan Gwen kompak menatap laki-laki itu.
Glitzy menatap Jay. "Hah?"
Jay tersenyum. "Kayaknya kita udah selesai soal yang dulu-dulu, aren't we? Ya, apa salahnya kita jadi abang ipar juga adek ipar yang semestinya? Nggak usah ada canggung-canggung lagi lah."
Morgan menatap Gwen di mana Gwen sedang menatap intens Jax.
Glitzy tersenyum kecil. "Oke, Abang ipar. Aku mau panggil Jax, suami aku." Glitzy balik badan.
Jay melirik kedua orang tuanya yang tidak lagi memperhatikannya di mana Jay kesal dengan dua kata terakhir dari kalimat Glitzy.
"Hayo, mau ke mana?" tanya Jax yang hampir bertabrakan dengan Glitzy di ambang pintu.
Glitzy tertawa karena sempat terkejut, "mau panggil kamu dong."
"Aku udah di sini, ayo kita duduk." ujar Jax sambil merangkul Glitzy.
Morgan dan Gwen tertawa melihat Jax dan Glitzy sama-sama menarik kursi untuk pasangan masing-masing. Jax dan Glitzy yang sadar juga ikut tertawa lalu duduk di kursi yang sempat ditarik. Jax duduk di kursi yang Glitzy tarik dan begitu pun sebaliknya. Jay? Laki-laki itu diam saja walaupun terus memperhatikan lewat lirikan mata.
"Kamu mau sarapan pake apa?" tanya Glitzy.
Jax melirik Jay sejenak yang sedang mengolesi roti dengan selai kacang. "Aku serahin ke istri aku." jawab Jax.
"Oke." Glitzy mulai menyiapkan sarapan untuk Jax, mengambil makanan yang menurutnya sesuai dengan lidah Jax.
"Kalian nggak bulan madu?" tanya Morgan setelah meminum tehnya.
"Glitz nggak mau, bulan madu di kamar udah cukup katanya." jawab Jax.
"Mami sama Daddy harus tau kalo Jax itu ganas di kamar." kata Glitzy sambil menuangkan teh tanpa menyadari jika Morgan dan Gwen tampak terkejut dengan pernyataan barusan.
Tidak mendengar suara, Glitzy menoleh dan menutup rapat mulutnya saat Jax menatapnya. "Ya, nggak ada salahnya sesekali TMI." Glitzy tersenyum.
Gwen tertawa. "Kalian tau nggak, sih? Kalian itu udah kayak artis dan Mami ini fans kalian. Bawaannya senyum mulu, ketawa mulu, ikut bahagia kalo udah liat kalian."
Jax dan Glitzy sama-sama tertawa dan menoleh saat mendengar suara langkah kaki.
"Eh, May. Duduk." ujar Gwen sambil menunjuk kursi kosong yang ada di sebelah Jay.
"Ada di sini ternyata." kata May sambil menatap Jay.
"Kata Jay, kamu masih tidur makanya Jay sarapan di sini." ucap Morgan.
"Hah? May lebih dulu bangun dari Jay kok. Udah sempet buat sarapan malah." May menunjukkan raut bingung dengan dibuat-buat karena ia tahu jika Jay ke rumah Morgan.
Morgan dan Gwen saling tatap sejenak sedangkan Jax dan Glitzy memilih untuk fokus pada sarapan walaupun kuping mendengarkan.
"Oh, mungkin karena Jay lagi kangen sarapan di sini." May tersenyum lalu menatap Jay yang sedang menatapnya dengan ekspresi datar. Tak lama, Jay ikut tersenyum menatap bergantian kedua orang tuanya.
"Maksudnya di rumah orang tua aku tadi apa? Kamu kayak nyindir aku." kata Jay setelah ia dan May tiba di rumah.
May balik badan lalu tersenyum. "Kayaknya lagi ada yang ngerasa nyesel, nyesel liat mantan yang udah bahagia."
Jay yang berhenti kembali melangkah menuju kamar, malas menanggapi ucapan May.
"Am I right?" tanya May yang menyusul Jay.
Jay diam.
"Berengsek." ucap May yang berhasil membuat Jay berhenti melangkah di saat itu juga, bahkan Jay sampai balik badan.
"Apa?" kata Jay.
May berjalan mendekati Jay. "Berengsek, kamu. Kamu ngerasa nyesel nikah sama aku? Kalo iya, sama, aku juga. Coba aja kamu nggak jadi setan waktu itu, aku pasti udah hidup bahagia sama Jax!"
"Apa aku nyesel?" Jay maju selangkah lalu menyunggingkan senyum. "Iya. Soal setan, kita sama-sama setan, bukan cuma aku. Ngaca, May." Jay kembali melangkah dan masuk ke dalam kamar, tak lama, Jay keluar sambil memegang jas untuk laki-laki itu pergi bekerja.
May menatap kepergian Jay dengan mata yang berkaca-kaca serta emosi yang tersulut, saat Jay sudah tidak terlihat, May mengambil vas bunga dan ia banting ke lantai.
May memejamkan mata dengan napas yang tidak beraturan, berusaha menenangkan diri dan menghilangkan amarahnya. Setelah merasa baikan, May menghela napas panjang lalu berjalan menuju jendela. May sedikit menyingkap gorden dan dapat ia lihat Jax yang sedang mencium kening Glitzy dengan tubuh Jax yang dibalut pakaian kerja.
"Fine, Jay. I can do it too." gumam May.
Qotd: May bakal ngelakuin apa nih?👀
KAMU SEDANG MEMBACA
The Regrets [COMPLETED]
Teen FictionDi saat Jax dan Glitzy diselimuti kebahagiaan setelah resmi menjadi sepasang suami istri, di saat itulah Jay dan May merasakan penyesalan dan dipenuhi kekacauan.