Minimal vote 390, minimal komen 200 (17:30-19:00) ➡️ UP!
Tolong, kalo jumlah vote emang udah tercapai, nggak perlu komen pake ngingetin, balik lagi ke jam yang udah ditentuin (17:30-19:00), balik lagi ke kata minimal.😒
"Gimana? Kalian nggak papa, 'kan?" tanya Jax yang baru saja datang ke kamar.
"Nggak papa kok, tapi, kita nggak bisa langsung pulang, kasihan babynya kalo kita cepet-cepet pulang. Dokter bilang kandungan aku baik-baik aja, di pesawat juga selalu diperiksa, 'kan?"
Jax mengangguk.
"Kata Daddy, kemaren itu kalian karaokean tengah malem, bener?" tanya Gwen yang sedari tadi menemani Glitzy.
Jax tertawa sambil mengangguk. "Glitz bangunin Jax, kirain perutnya sakit, ternyata mau karaokean."
"Ya ampun, Glitz." Gwen itu tertawa.
"Mami pernah nggak ngidam yang aneh-aneh?" tanya Glitzy.
Gwen tampak berpikir. "Kayaknya nggak ada, sih. Tapi, pernah juga kayaknya Mami minta dibikinin dodol malem-malem sama Daddy. Eh, tapi, di malem itu juga Mami pernah nyanyi sendirian di balkon."
"Serius, Mi? Lebih serem dari Glitz ternyata." kata Glitzy.
Gwen mengangguk sambil tertawa. "Daddy sampe ketakutan, ya udah deh, abis itu Mami minta Daddy buat dodol. Kayaknya ngidam yang waktu itu karena kemauan Jay deh, aneh soalnya."
"Siap-siap kamu, ya, kalo aku ngidam yang aneh-aneh lagi." ucap Glitzy pada Jax.
"Nggak masalah, asal anak kita jadi anak yang baik kalo dia udah gede, aku nggak akan ngerasa terbebani." Jax mengangguk meyakinkan.
Jay menghela napas panjang sambil merebahkan tubuhnya di tempat tidur dan rasanya seperti semua beban dan rasa lelah Jay hilang seketika. Jay menoleh menatap Nigel yang membuka mata dengan posisi Nigel yang berada di sebelahnya, Jay pun mendekat pada bayi itu, mengurung Nigel dengan tangannya dan menciumi anaknya di mana itu sangat ampuh membuat Jay tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Regrets [COMPLETED]
Teen FictionDi saat Jax dan Glitzy diselimuti kebahagiaan setelah resmi menjadi sepasang suami istri, di saat itulah Jay dan May merasakan penyesalan dan dipenuhi kekacauan.