Minimal komen 200 sampe chapter seterusnya (17:30-19:00 WIB) ➡️ UP!
"Selamat, keadaan kamu makin membaik, suasana hati kamu juga bagus, nafsu makan kamu baik, perilaku kamu juga nggak ada yang aneh, udah bisa kontrol emosi juga. Time to say goodbye." Irene tersenyum sambil mengulurkan tangan.
"Lo yakin gue baik-baik aja?" tanya Jay sambil menatap tangan Irene yang terulur kepadanya.
"Iya. Tapi, kalo kamu butuh temen curhat, kamu bisa kirim chat ke saya, atau telfon saya. Saran saya, kalo kamu mau curhat jangan dijadwal konseling saya, malem aja telfon saya, kalo mau curhat di hari Sabtu atau Minggu, bebas." Irene memberikan nomor ponselnya yang sudah ia tulis di kertas pada Jay.
Jay mengambil secarik kertas itu dan menatap setiap angka yang Irene tuliskan.
"Jayden." panggil Irene dan Jay mengangkat kepalanya menatap Irene. "Orang-orang yang ada di sekitar kamu, sayang sama kamu. Inget, kamu masih ada misi. Hidup bahagia." Irene tersenyum.
Jay mengangguk, "anak gue."
Senyum Irene mengembang semakin lebar. "Bener, anak kamu. Bertahan untuk anak kamu, jadi kuat untuk anak kamu, aku yakin kamu bisa didik anak kamu jadi anak yang baik karena aku tau kamu ayah yang hebat."
Jay kembali mengangguk sambil menatap Irene, "thanks a bunch."
Irene tertawa seraya mengangguk lalu menyentuh bahu Jay. "Everything will always be fine."
Jay menatap sejenak tangan Irene yang berada di bahunya lalu ia sentuh, "sure. Thanks."
Irene mengangguk sambil tersenyum lalu pergi menjauh dari Jay seraya Jay memperhatikan kepergian Irene lalu kembali menatap kertas yang berisi nomor telepon perempuan itu.
"Kenapa aku ngerasa kasihan sama Jay, ya. Kayak... Hidupnya kasihan banget sekarang." kata Glitzy sambil menatap Jay yang sedang berjalan pulang menuju rumah laki-laki itu setelah beberapa hari berada di rumah Morgan. Glitzy memperhatikan Jay di balkon, bersama Jax.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Regrets [COMPLETED]
Teen FictionDi saat Jax dan Glitzy diselimuti kebahagiaan setelah resmi menjadi sepasang suami istri, di saat itulah Jay dan May merasakan penyesalan dan dipenuhi kekacauan.