The Regrets-16

2.8K 443 84
                                    

Jay mengerutkan dahi sambil menggigit rokoknya mendengar kalimat Irene yang sama sekali tidak ia pahami.

"Saya waktu itu lagi sedih terus dua anak kembar dateng, kamu ajak saya kenalan dan karena saya lagi sedih, saya nggak mood. Kamu kesel sama saya, ya udah, kamu lempar saya pake es krim."

Jay menatap lantai sambil berpikir keras, berusaha mengingatnya. Jay membulatkan mata lalu menatap Irene. "Shit."

"Yeah." Irene tertawa sambil bangkit berdiri. "Saya sempet bingung siapa yang lempar saya, kamu atau yang satunya, waktu denger kamu bilang kalo kamu nakal dari kecil, ternyata kamu yang lempar es krim itu."

"Gue nggak inget banget."

"It's okay. Lagian kejadiannya waktu kita masih kecil, untungnya saya punya ingatan yang kuat. Kalau inget yang dulu saya nggak sakit hati, malah terhibur, dan akhirnya saya bisa ketemu sama kamu."

Jay menatap Irene dan benar-benar tidak ada raut dendam ataupun sakit hati dari wajah Irene.

Irene memang sudah selesai tetapi ada yang ingin ia tunggu dari Jay. "Walaupun saya nggak sakit hati, saya juga butuh kata maaf karena waktu itu Mama saya marah lihat baju saya yang kotor."

"Hah? Oh, fine. Sorry." kata Jay.

Irene mengangguk sambil tersenyum lalu menyentuh bahu Jay. "May happiness be always around you."

Jay menatap rokoknya lalu menatap Irene yang sudah berjalan menuju pintu.

Irene memberikan hasil catatannya pada Morgan dengan Gwen yang duduk di sebelah pria itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Irene memberikan hasil catatannya pada Morgan dengan Gwen yang duduk di sebelah pria itu. Gwen menutup mulutnya dengan mata yang berkaca-kaca setelah membaca catatan saat Irene bertemu dengan Jay.

"Jayden lagi down, kesepian, dan putus asa. Ini bahaya apalagi Jayden sampai bawa-bawa soal bunuh diri."

Morgan yang sudah selesai membaca tetap menatap kertas yang ia pegang di mana Morgan langsung teringat dengan tindakannya dulu, saat Morgan ingin mengakhiri hidup dengan meminum racun.

"Apa yang harus kami lakuin?" tanya Gwen.

"Jayden lagi rapuh, saya bener-bener bisa ngerasain kesedihan Jayden. Mungkin, perhatian juga kasih sayang, cukup untuk bikin Jayden bangkit dari apa yang dia rasain sekarang. Jayden ngerasa kalau orang-orang yang ada di sekitarnya nggak ada yang sayang sama dia, tugas ibu dan bapak kasih bukti ke Jayden, buktiin ke Jayden kalau kalian memang sayang sama dia. Jangan biarin Jayden terus-terusan sendiri, bahaya."

Morgan dan Gwen sama-sama diam dengan perasaan sedih tentunya.

"Ada yang mau bapak dan ibu tanya?" Irene menatap bergantian Morgan dan Gwen.

"Apa Jayden masuk ke tahap depresi?" tanya Morgan.

"Salah satu ciri depresi punya keinginan untuk bunuh diri. Saya belum bisa menyimpulkan apa Jayden depresi atau tidak karena saya masih harus lihat lagi perkembangan Jayden. Di mulai dari suasana hatinya, perilaku, dan lain-lain. Jayden diajak ngomong nyambung, bagus setiap jawab pertanyaan saya." Irene tersenyum. "Apa bapak dan ibu pernah lihat Jayden nangis?"

The Regrets [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang