Glitzy mundur beberapa langkah dan tertawa melihat Abel yang berada dalam balutan seragam sekolah, "lucu banget anak Mami."
"Abel juga cantik!" balas sang anak.
"Iya dong, Abel lucu ditambah cantik. Siap untuk preschool?" tanya Glitzy dengan antusias.
"Siap banget!" Abel mengangkat satu tangannya ke udara.
"Yeey! Ayo, kita turun ke bawah, Abel harus sarapan dulu." Glitzy meraih tangan mungil anaknya lalu mengambil tas Abel dan pergi ke lantai bawah.
"Daddy!" seru Abel sambil berlari menghampiri Jax yang lebih dulu berada di ruang makan.
"How pretty." kata Jax dengan raut takjub melihat Abel.
Abel memukul pelan perut Jax lalu menyembunyikan wajahnya karena malu. Jax tertawa dan mendudukkan Abel di kursi makan milik anak itu.
"Kalo ibu guru tanya nama Abel, Abel jawab apa?" tanya Glitzy yang sedang menyiapkan sarapan untuk Jax.
"Plincess Ezabelle Glisselle Alexandel!" jawab Abel dengan semangat.
Jax tertawa. "Abel nggak perlu pake princess, Sayang." kata Jax pada Abel.
"Tapi, banyak yang bilang kalo Abel ini plincess."
"Iya, Abel emang princess dan udah banyak yang tau. Karena udah banyak yang tau, Abel nggak perlu pake kata princess." timpal Glitzy.
"Kalo ibu guru tanya soal umur, umur Abel berapa, ya?" Gantian Jax yang bertanya.
"Tiga tahun!" jawab Abel lagi yang kian semangat.
"Terus, kalo ibu guru tanya cita-cita, Abel jawab apa?" Glitzy kembali bertanya.
"Abel jadi latu, latu nggak pellu cita-cita, Mami." jawab Abel yang membuat Jax dan Glitzy saling tatap.
"Kita belum kasih pemahaman apa-apa, tapi, Abel udah realistis aja." kata Glitzy sambil menatap Abel yang berusaha mengambil roti.
Jax tertawa seraya mendekatkan piring berisi roti pada Abel. "Jadi, kalo ibu guru nanya cita-cita Abel apa, Abel jawab apa dong?" tanya Jax.
"Latu nggak pellu cita-cita, noted." Abel mengacungkan jari telunjuk lalu memasukkan roti ke dalam mulutnya.
"Jadi, Abel nggak bakal jawab apa-apa?" tanya Glitzy.
"Oke, Abel jawab. 'Abel jadi latu, Abel nggak pellu cita-cita'. Abel mau jawab kayak gitu nanti."
"Terus, kalo ada yang ketawain Abel, gimana?" tanya Jax.
"Kalo ada yang ketawain Abel, Abel halus bilang kayak gini. 'Diem lo, Miskin!'. Kayak gitu." Nigel tersenyum bangga ketika Jax dan Glitzy menoleh kepadanya.
Nigel datang dengan memakai seragam sekolah, dengan sudah memakai tas dan memegang sepatu yang belum ia pakai.
"Kalo ada yang sakit hati telus benci Abel gimana? Abel nggak mau." Abel menggelengkan kepala.
"Uncle, Onti, Nigel salapan di sini, ya? Mami sama Daddy belum bangun." kata Nigel.
"Boleh. Tapi, soal kata 'diem lo', itu nggak baik, Nigel." balas Glitzy seraya membantu Nigel untuk duduk.
"Mami sama Daddy belum bangun? Terus siapa dong yang pakein seragamnya?" Jax menunjuk seragam sekolah Nigel.
"Nigel sendili. Sehalusnya Mami punya pembantu bial ada yang bikin salapan untuk Nigel."
"Loh, kata Mami, Nigel nggak mau makan masakan orang asing kecuali kalo lagi makan di luar." kata Glitzy sembari membenarkan kancing seragam Nigel yang tidak sesuai dengan lubangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Regrets [COMPLETED]
Teen FictionDi saat Jax dan Glitzy diselimuti kebahagiaan setelah resmi menjadi sepasang suami istri, di saat itulah Jay dan May merasakan penyesalan dan dipenuhi kekacauan.