"Aku beneran mau kita cerai." kaya May.
Jay menatap lama May lalu tertawa, "dari mana kamu punya uang kalo nggak dari aku?"
"Aku masih muda, gampang cari laki-laki kaya raya di luar sana. Jujur, aku udah terlanjur capek banget urus orang sakit, aku udah pernah urus Jax dan aku harus urus kamu lagi? Aku udah muak."
"Lo bener-bener perempuan berengsek, May." kata Jay di mana kedua mata May membulat lebar mendengar kalimat Jay barusan.
"Lo? Wow." May tertawa kecil.
"Lo mau cerai? Oke, gue yang urus surat-suratnya. Lo tunggu, dan, lo keluar sekarang juga dari rumah gue."
May terdiam dan mulai panik karena ia tidak memiliki tempat tinggal, pulang ke rumah ibunya? Inara pasti akan sangat marah dan tidak akan menerima kedatangannya.
May memalingkan wajah dari Jay.
"Kenapa diem? Lo duluan yang mau kita cerai, 'kan? Gue jabanin. Rumah, uang, aset, semuanya atas nama gue, May. Keluar sana, biar lo jadi gelandangan. Gue nggak akan pernah mau bagi harta gue sama lo."
May menatap tajam Jay di mana hatinya terasa sangat sakit dengan kalimat laki-laki itu. May pun pergi, pulang ke rumah dan akan memikirkan lagi niatnya untuk cerai dari Jay.
Pagi hari, May dibuat bingung harus bereaksi seperti apa ketika test pack yang ia pegang menunjukkan tulisan pregnant. May meletak benda itu di wastafel lalu mengusap ke belakang rambutnya.
May menghela napas kemudian ia ambil test pack tersebut dan pergi menuju rumah Morgan. Ketika sudah tiba di rumah itu, May bertemu dengan Gwen yang baru saja keluar dari dapur.
"Mi." panggil May dan Gwen menoleh.
Gwen tertegun melihat May langsung menyodorkan test pack kepadanya, "kamu hamil?"
May mengangguk.
Selain May, Gwen juga bingung harus bereaksi seperti apa. Gwen menoleh ke kanan dan kiri lalu menatap May. "Kasih tau Jay langsung."
May mengangguk dan pergi ke lantai atas di mana Jay berada, pengawal yang sedang berjaga langsung membukakan pintu untuk May. Saat pintu sudah dibuka, May sempat terdiam dan langsung malas melihat Jay yang sedang berbaring di tempat tidur sambil merokok seperti tersenyum meremehkannya.
May pun berjalan mendekati Jay lalu melempar test pack yang ia pegang dan mendarat di dada Jay. Dengan malas, Jay ambil benda itu dan membulatkan mata melihat hasilnya.
"Kita bakal tetep cerai, tapi nanti, waktu gue udah lahiran. Dan, lo harus nafkahin anak kita nanti."
Jay menatap tajam May dan langsung beranjak dari tempat tidur, "jangan coba-coba bohongin gue!"
"Gue nggak bohongin lo! Gue emang hamil."
"Kalo lo..."
"Hei!" tegur Gwen yang sedang berdiri di ambang pintu, Gwen sudah tampak lelah dengan Jay dan juga May.
"Mi, dia nggak percaya kalo May hamil." May menunjuk Jay dengan raut emosi.
"Masalahnya lo langsung bawa-bawa soal harta!"
"Emang kewajiban lo nafkahin anak kita kalo kita cerai nanti!" balas May.
"Cerai?" Gwen sangat terkejut.
"Iya, dia mau cerai. Dua kali dia ajak aku cerai, aku nggak masalah, nggak masalah kalo dia mau cerai." ucap Jay.
"Astaga." gumam Gwen dengan kepalanya yang langsung terasa pusing.
Jax mengusap-usap lengan Glitzy dan saat merasakan pergerakan, Jax sedikit memajukan kepalanya dan berbisik. "Jax is here." Jax sengaja mengatakan seperti itu agar Glitzy tidak terkejut saat menatapnya di mana Glitzy masih dihantui rasa takut.
Glitzy membuka mata dan menoleh ke belakang dan seketika merasa aman, Glitzy yang berbaring membelakangi Jax langsung merubah posisinya menghadap Jax, memeluk laki-laki itu dari depan.
"Jangan ke mana-mana." bisik Glitzy.
"Enggak, aku nggak akan ke mana-mana." balas Jax lalu mencium lengan Glitzy.
Glitzy memasang ekspresi sedih, "katanya Jay ada di rumah ini."
"Jay dikurung, dijaga juga, Jay nggak akan bisa ke mana-mana, Jay nggak akan nyakitin kamu lagi."
"Rumah kita lama lagi selesainya?" tanya Glitzy.
Jax mengangguk, "nanti aku bakal minta ditambah pekerjanya biar cepet selesai."
Glitzy mengangguk setuju. "Aku dicium." lirih Glitzy dengan raut sedih.
Jax langsung mencium Glitzy, sekedar menempelkan bibir mereka tetapi dalam waktu yang lama dan dalam. Jax menyudahinya, "udah aku hilangin."
"Tapi, aku nggak akan bisa lupa."
Jax mengangguk, "I know."
"Kenapa Jay malah ada di sini?" tanya Glitzy.
"Kata dokter Jay stres berat, Daddy mau Jay diobatin dulu abis itu dikasih sanksi. Tadinya mau diasingkan, dibawa ke tempat yang jauh, tapi, masih dalam wilayah Daddy, tempatnya terpencil gitu terus dimasukin ke kastil yang ada di atas bukit."
"Aku benci banget sama Jay, maaf kalo kamu sakit hati." kata Glitzy.
Jax langsung menggeleng. "Enggak, aku nggak sakit hati."
Glitzy menarik kerah baju Jax, meminta Jax untuk mendekat dan menciumnya.
Qotd: apa pengen May keguguran lagi?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Regrets [COMPLETED]
Teen FictionDi saat Jax dan Glitzy diselimuti kebahagiaan setelah resmi menjadi sepasang suami istri, di saat itulah Jay dan May merasakan penyesalan dan dipenuhi kekacauan.