"Sayang." panggil Glitzy yang baru saja bangun.
Jax yang sedang duduk di sofa dengan posisi membelakangi tempat tidur menoleh pada Glitzy, Jax pun langsung beranjak sambil memegang buku dan pulpen.
"Morning, Baby. How was your sleep?" Jax mencium Glitzy dengan duduk di tepi tempat tidur.
"Nggak gitu nyenyak, tapi, lumayan lah." balas Glitzy sambil menyembunyikan wajahnya di perut Jax dan tak lama ia jauhkan karena melihat Jax memegang buku. "Ini untuk apa?" Glitzy mengambil alih buku itu.
"Aku lagi siapin nama untuk anak kita." jawab Jax.
"Wow, banyak banget." kata Glitzy setelah membuka sampul buku. "Ini khusus untuk nama depannya aja atau sekalian sama nama tengah?"
"Bagian depan doang, kamu mau pilih yang mana?" tanya Jax.
Glitzy membaca satu persatu nama untuk anak mereka nanti yang jumlahnya mencapai 19 nama. "Aku bingung, aku serahin ke kamu deh, aku ngikut aja." Glitzy mengembalikan buku itu dan kembali menyembunyikan wajahnya di perut Jax.
Jax mengusap-usap perut Glitzy yang semakin membesar itu. "Ayo mandi, kamu harus sarapan."
"Mager." balas Glitzy.
Jax tertawa, "kok mager? Atau mau sarapan dulu baru mandi?"
Glitzy langsung mengangguk. "Aku pengen sarapan pake daging cincang, di kulkas ada. Terus ntar dagingnya kamu bentuk bulet-bulet kayak bakso, sebagain kamu isi keju, ya."
"Oke, ada tambahan lagi, Yang Mulia?" tanya Jax yang masih mengusap-usap perut Glitzy.
Glitzy tertawa mendengar bagaimana Jax memanggilnya, "minumnya aku mau jus stroberi."
Jax mengangguk. "Got it."
Glitzy memperhatikan Jax yang mulai berjalan keluar dari kamar. "Sayang." panggil Glitzy tepat saat Jax membuka pintu kamar.
Jax menoleh.
"I love you." Glitzy memberikan finger heart.
Jax tertawa. "I love you more, My Goddess."
Glitzy ikut tertawa dan secara perlahan beralih duduk di tempat tidur karena mulai lelah terus-terusan berbaring dengan posisi menyamping ke kiri.
Jay yang baru saja bangun enggan membuka matanya walaupun ia dapat merasakan kedua tangan mungil sedang melingkar di lehernya.
"Dad." panggil Nigel yang sebentar lagi usianya sudah menginjak 9 bulan.
"Hm?" balas Jay dengan masih memejamkan mata.
"Mi Yin." kata Nigel yang semula berbaring kini sudah duduk.
Jay membuka matanya lalu menatap Nigel. "Mami Irene?"
Nigel langsung mengangguk.
"Nanti sore Mami Irene ke sini. Mami Irene, 'kan, harus kerja." kata Jay.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Regrets [COMPLETED]
Teen FictionDi saat Jax dan Glitzy diselimuti kebahagiaan setelah resmi menjadi sepasang suami istri, di saat itulah Jay dan May merasakan penyesalan dan dipenuhi kekacauan.