Jay menatap kedua orang tuanya yang datang secara bersamaan ke kamarnya, Jay bisa menebak maksud dari kedatangan Morgan dan Gwen.
"May pergi?" Morgan duduk di sofa sedangkan Gwen duduk di sebelah Jay di mana Jay sedang duduk di karpet, bersandar di bagian sofa yang letaknya di depan tempat tidur.
"Emang dia yang mau pergi. Dad, kalian nggak perlu ikut campur, ikut turun tangan untuk masalah rumah tangga aku, nggak perlu." kata Jay.
"Bakal makin hancur kalian kalo Daddy sama Mami nggak ikut turun tangan. Jay, niat Daddy sama Mami baik, mau tolong keadaan rumah tangga kalian." balas Morgan.
Jay diam.
"May lagi hamil, kamu pasti tau perempuan hamil itu gimana, terutama suasana hatinya. Kasihan May kalo kamu cuek ke dia, Jay." kata Gwen.
"Aku udah nggak peduli ke dia." balas Jay sambil menopang kepalanya.
Morgan dan Gwen saling tatap.
"Termasuk ke anak kalian? Pikirin janin yang ada di perut May, Jayden." ujar Morgan.
"Dad, walaupun aku usir May, aku masih mau tanggung jawab, aku bakal kasih May uang selama dia lagi hamil, itu sama aja kayak aku pikirin bayinya."
"Pikirin gimana kalo anak kalian udah lahir nanti, kalo dia tau hubungan orang tuanya hancur, orang tuanya saling benci, sakit banget pasti jadi dia, Jay." kata Gwen dengan mata yang berkaca-kaca.
"Sesuatu yang rusak harus coba diperbaiki, gitu juga sama kalian. Please, inget calon anak kalian nanti, demi anak kalian. Kamu mau kalo anak kamu malah jadi kayak kamu? Jay, rasanya nggak enak, jujur aja. Mami sama Daddy tiada hari tanpa pusing, setiap malem kita berdua sama-sama melamun mikirin kamu. Kenapa, kenapa Jay bisa kayak gini? Please, demi anak kalian nantinya." ucap Morgan dengan nada dan raut memohon.
"Kak May pergi dari rumah katanya." ucap Glitzy dengan posisi terlungkup dengan wajah yang mengarah pada Jax.
Jax tertawa kecil, "kirain mereka beneran saling cinta."
Glitzy menyentuh pipi Jax, "jangan jadi jahat."
"Aku nggak jahat, dulu mereka keliatan bahagia, sekarang kacau." balas Jax sambil mengusap-usap punggung polos Glitzy. "Karma?" Jax menatap Glitzy.
Glitzy menaikkan sejenak kedua bahunya. "Tapi, kayaknya kita harus doain mereka supaya baik-baik aja deh, karena mereka juga kita bisa nikah."
"Kalo inget itu, aku selalu ngerasa makasih sih ke mereka. Makasih karena aku bisa punya istri kayak kamu."
"Emangnya aku gimana?" tanya Glitzy.
"Segala-galanya." jawab Jax.
Glitzy tertawa, "klise banget jawabannya."
"Jadi, kamu mau aku jawab apa? Aku emang nggak romantis orangnya."
Glitzy membulatkan mata, "nggak romantis? Kamu itu romantis, sama sih, kamu juga segala-galanya" Glitzy menyentuh sejenak ujung hidung Jax.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Regrets [COMPLETED]
Teen FictionDi saat Jax dan Glitzy diselimuti kebahagiaan setelah resmi menjadi sepasang suami istri, di saat itulah Jay dan May merasakan penyesalan dan dipenuhi kekacauan.