"Menurut aku, nggak seharusnya kamu undang May. Hampir aja tadi acara kita kacau." kata Jax menatap sejenak Glitzy yang duduk di sofa.
"Tapi, aku tuh pengen hubungan Kak May sama Jay baik-baik aja, ya, seenggaknya biarin Kak May ketemu sama Nigel deh." balas Glitzy.
"Nggak segampang itu, nggak gampang. Kalo bisa kita jangan ikut campur soal masalah mereka, urusan mereka, biarin aja. Tapi, tadi udah kamu lakuin dan hasilnya apa? May yang mungkin makin sakit hati, Irene yang jadi nggak enak."
"Jadi, aku yang salah?" tanya Glitzy dengan nada bergetar.
Jax menoleh dan berlutut di depan Glitzy. "Enggak, Sayang. Maksud aku, lain kali kamu ngomong sama aku, oke?" kata Jax dengan lembut.
Air mata Glitzy mulai mengalir. "Kak May emang nggak baik, tapi, kita nggak bisa dong pisahin ibu sama anak sampe anaknya malah lebih pilih orang lain. Ya, nggak papa kalo emang Jay mau nikah lagi, mau sama Kak Irene. Tapi, maksud aku harus seimbang, Nigel tau Kak May terus tau Kak Irene juga."
"Nigel masih bayi, belum ngerti sama apa yang dia alami. Kalo Nigel udah ngerti, Nigel pasti bakal paham. Jay pasti kasih tau Nigel kok siapa ibu kandungnya, biarin Jay yang turun tangan, kita emang keluarga tapi kita harus tau batasan, Sayang." ucap Jax sambil mengusap-usap punggung tangan Glitzy.
Glitzy menghapus air matanya lalu mengangguk.
Jax ikut mengangguk. "Aku hargai apa yang kamu lakuin tadi, tapi, lain kali kasih tau aku, bisa?"
Glitzy kembali mengangguk dengan Jax yang langsung menariknya ke dalam pelukan laki-laki itu.
"Gue bener-bener nggak tau kalo Glitzy juga undang May." kata Jay sambil menatap Irene yang sedang menidurkan Nigel karena hari sudah malam.
"Aku jadi ngerasa nggak enak sama May."
"Bukan salah lo lah, Nigel sendiri yang ngerengek pengen sama lo."
"Ya, tetep aja aku ngerasa nggak enak. Pasti May sedih banget ngeliat anaknya malah lebih nempel sama orang lain." kata Irene.
"Ren, salah dia yang nggak mau liatin anaknya."
"Emang kamu izinin dia ke sini?" Irene menatap Jay.
"Gue kasih izin, tapi, kayak jangan sering-sering. Gue serahin ke dia lah kapan mau dateng, kayak yang gue bilang tadi, jangan sering-sering." balas Jay yang sedang duduk di tepi tempat tidur seraya memutar-mutar pulpen.
Irene diam sambil memperhatikan Nigel yang sudah terlelap.
"Lo keliatan nggak semangat karena ngerasa nggak enak sama May?"
Irene mengangguk.
"Kirain karena cemburu ada mantan gue."
Irene mengerutkan dahi lalu memukul pelan lengan Jay yang dibalas tawa oleh laki-laki itu. "Kamu pasti nih yang cemburuan banget jadi laki-laki."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Regrets [COMPLETED]
Teen FictionDi saat Jax dan Glitzy diselimuti kebahagiaan setelah resmi menjadi sepasang suami istri, di saat itulah Jay dan May merasakan penyesalan dan dipenuhi kekacauan.