Minimal vote 380, minimal komen 200 (17:30-19:00) ➡️ UP!
Melihat raut sedih Glitzy, Jax malah tertawa karena yang membuat perempuan itu sedih lantaran Glitzy ingin sekali membawa Nigel untuk tinggal bersama mereka, Glitzy ingin mengasuh Nigel.
"Kamu sendiri sana yang bilang sama Jay kalo kamu mau asuh Nigel." ucap Jax.
"Nggak mau! Kamu dong yang bilang, Sayang." kata Glitzy sambil memakaikan Jax dasi.
"Kalo kita sekedar gendong, Jay nggak keberatan. Tapi, kalo kita asuh, Jay pasti keberatan." ucap Jax.
"Kenapa coba hamil harus sampe sembilan bulan? Semenjak ada Nigel, aku bener-bener udah nggak sabar punya anak." kata Glitzy.
"Kamu masih bisa gendong-gendong Nigel. Aku usahain aku pulang cepet biar kita ke rumah sakit, oke?"
Glitzy mengangguk dengan cepat. "Aku juga kenapa nggak ada morning sickness, ya? Padahal aku pengen."
"Kamu itu bener-bener aneh tau nggak." Jax tertawa.
"Aneh kayak gini kamu sayang juga cinta sama aku."
"Banget." balas Jax lalu berbungkuk di depan perut Glitzy. "Daddy pergi kerja dulu, prince or princess."
Glitzy tersenyum sambil mengusap punggung Jax ketika Jax mencium perutnya. "Kamu pengen anak kita apa?"
"Apa aja." jawab Jax yang sudah menegakkan badan.
"Serius dong, Sayang. Pasti kamu pengen banget laki-laki, 'kan?"
"Iya, serius, apa aja."
"Kamu bakal jadi raja, pasti kamu juga pengen dong pengganti kamu nanti juga raja." kata Glitzy.
Jax menyentuh kedua pipi Glitzy. "Mau anak kita cowok atau cewek, aku harap dia bisa bikin kita bangga, jadi anak yang berguna untuk semua orang, jadi pemimpin yang bener-bener mendeskripsikan seorang pemimpin."
"Of course." Glitzy mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Regrets [COMPLETED]
Teen FictionDi saat Jax dan Glitzy diselimuti kebahagiaan setelah resmi menjadi sepasang suami istri, di saat itulah Jay dan May merasakan penyesalan dan dipenuhi kekacauan.