Sekeping Luka Di Melbourne
(Sekuel Ketika Kau Hadirkan Dia)Bab Dua Puluh Tiga
***
Gabriel memutuskan untuk pergi menemui Keenan di lobi rumah sakit setelah membaca pesan singkat yang dikirimkan oleh lelaki itu. Butuh waktu beberapa menit sebelum akhirnya Keenan datang dengan langkah tegap. Meskipun seragam kerjanya mulai terlihat tidak rapi, lelaki itu tetap memasang senyum penuh dan melambaikan telapak tangan kepada Gabriel. "Hai, Sobat!"Gabriel yang tengah menyenderkan tubuh ke dinding, hanya menatap Keenan dengan pandangan datarnya. "Apa yang ingin kau bicarakan, Keenan? Apakah ada pesan dari Federick?" tanya Gabriel acuh tak acuh. Ia memang seharusnya bisa bersikap lebih antusias, tetapi sayangnya saat ini suasana hatinya sedang mendung. Dan Gabriel benci harus mengakui hal itu.
Keenan terkekeh pelan. "Apakah kau menyetir sendiri atau datang dengan taksi?" Ia malah bertanya balik.
"Aku membawa mobil sendiri." Gabriel menghela napas lelah.
"Bagus! Kalau begitu biarkan aku yang menyetir mobilmu. Kita pergi ke restoran sekarang. Aku sudah lapar sekali." Keenan menggerakkan telapak tangannya, hendak meminta kunci mobil.
Namun, Gabriel memandang dirinya dengan bingung. "Kau memintaku datang ke sini hanya untuk mengantarkanmu makan malam ke restoran? Sepertinya kau sudah hampir sama dengan Federick." Ia berdecak pelan. Tetapi tetap menyerahkan kunci mobilnya kepada Keenan yang kini tersenyum geli.
Ketika mereka sudah berada di dalam mobil. Keenan baru mengatakan yang sebenarnya kepada Gabriel. Tentang alasannya meminta lelaki Australia itu untuk bertemu. Sebab ia tahu bahwa jadwalnya di rumah sakit akan penuh dalam satu Minggu ini. Tidak akan ada waktu luang untuk mengantarkan Gabriel ke alamat rumah wanita yang dicarinya. "Setelah makan malam, aku akan mengantarkanmu ke rumah Hara." Keenan tersenyum seraya memandang jalanan yang dipenuhi oleh lalu lalang kendaraan.
"Aku baru saja bertemu dengannya pagi ini." Meskipun Gabriel mengatakan hal itu dengan nada pelan, tetapi wajahnya kini terlihat antusias. "Kuharap kau tidak salah alamat, Sobat!" sambungnya dengan nada menyindir.
"Tuan Australia, kau begitu aneh sekali. Seharusnya tadi kau bertanya kepadanya secara langsung mengenai alamat rumahnya. Mengapa harus menyusahkan diri sendiri?" Keenan menggelengkan kepala. Benar-benar tidak habis pikir dengan pola pikir lelaki asing di sampingnya. Padahal dari luarnya Gabriel terlihat begitu berwibawa, penuh kharisma dan daya tarik. Tetapi ternyata begitu payah dalam urusan wanita.
"Cinta butuh perjuangan, Sobat!" Gabriel membela diri.
"Baiklah, Gabriel. Terserah kau saja."
Mereka tiba di restaurant dan Keenan segera memesan makanan untuk dirinya. Sementara Gabriel memutuskan untuk memesan minuman saja. Ia sudah tidak sabar ingin datang ke rumah Hara. Sehingga mau menunda waktu terlalu lama. Gabriel pun memutuskan untuk menunggu Keenan yang kini menikmati makanan dengan lahap. Lelaki itu terlihat lapar sekali setelah seharian bekerja. Gabriel hanya menunggu dengan tidak sabar. Sesekali ia melirik ke arah jam di pergelangan tangan.
"Tenanglah, Gabriel. Rumah Hara tidak akan berpindah dari tempatnya." Keenan terkekeh pelan seraya menusuk potongan daging salmon. "Kau terlihat tegang sekali, Sobat!"
"Tutup mulutmu, Keenan. Aku sudah pusing dengan satu Federick. Jangan kau tambah lagi!"
Keenan tertawa pelan. Tetapi terlihat begitu lepas. "Aku paham yang kau maksud. Sepupuku memang begitu," katanya.
Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya Keenan selesai menikmati makanannya. Mereka pergi meninggalkan restaurant dan berangkat menuju alamat rumah Hara. Keenan kembali menyetir, sementara Gabriel hanya duduk di sebelahnya. Gabriel merasa sedikit gugup, ia pun memutuskan untuk menyalakan radio dan memutar siaran tentang lagu-lagu klasik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekeping Luka di Melbourne (Sekuel Ketika Kau Hadirkan Dia)
RomanceKematian suaminya ... hal paling menyakitkan sepanjang hidup Hara Azzahra. Sebab dia telah kehilangan separuh hatinya. Seolah semua harapannya hancur. Sekarang, dia hanya bisa hidup dengan diliputi ketakutan akan harapan. Hingga takdir membawanya p...