Bagian 1

892 64 15
                                    

Sekeping Luka di Melbourne
Sekuel Ketika Kau Hadirkan Dia

***

Bab Satu

Jakarta, Indonesia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jakarta, Indonesia.

Suasana Bandara Soekarno-Hatta sungguh ramai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suasana Bandara Soekarno-Hatta sungguh ramai. Banyak sekali orang yang berlalu-lalang. Seseorang menarik lengan Hara tanpa aba-aba, membawanya ke sebuah starbuck coffee yang tampak lengang. "Assalamu'alaikum. Hai, kebetulan bangat bisa ketemu Mba di sini. Mau kemana? Where are you going?" Suaranya terdengar riang. Perempuan itu menarik earphones yang menyumpal telinga. "Masih ingat sama aku, kan?" Ia menatap dengan penuh seraya menaikan sebelah alis. Lalu menopang dagu dengan kedua telapak tangan dan memasang senyum.

Sebuah senyum terbit di bibir Hara, senyum yang seharusnya secerah matahari pagi jika saja awan mendung tidak pernah singgah di sana. "Wa'alaikumsalam. Masyaa Allah, Rayya!" serunya dengan nada riang. Bahkan bola mata itu ikut berbinar. Sudah lama sekali ia tidak lagi melihat perempuan itu. Sudah lama sekali sejak kematian suami mereka. Setelah tahu hidup Rayya akan aman di tangan kolega ayah perempuan itu, Hara memutuskan untuk pergi. Mereka punya kehidupan masing-masing. Ia sadar tidak ada gunanya lagi memaksakan diri untuk tetap berhubungan dengan Rayya, sebab dengan begitu lukanya akan semakin lama mengering. Lukanya akan semakin lama untuk sembuh. Dan Hara sadar bahwa semua usaha yang ia lakukan akan sia-sia jika seseorang di masa lalunya masih ada di sekitar. Oleh sebab itu, menjauh ada keputusan terbaik baginya.

"Apa kabar, Mba? Udah lama banget kita nggak ketemu lho. Aku sampai kangen rasanya." Ia tersenyum geli. Lalu mengangkat sebelah telapak tangan dan memesan Green Tea Cream dengan topping keju parut di atasnya, lantas bertanya kepada Hara, "Mba mau apa?" Dengan wajah yang tidak kalah ceria. Perempuan itu terlihat baik-baik saja. Seolah semua sinar kesedihan yang biasa menyelimutinya kini telah lenyap menghilang. Sirna. Apakah luka atas kepergian suami mereka dulu sudah tidak ada lagi di hati perempuan itu? Apakah Rayya memang tidak pernah mencintai Mas Dzakki? Apakah selama ini ia menikah dengan Mas Dzakki memang karena ingin hidup aman? Ada banyak sekali pertanyaan dalam kepala Hara sekarang.

Sekeping Luka di Melbourne (Sekuel Ketika Kau Hadirkan Dia) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang