Bagian 6

159 30 0
                                    

Sekeping Luka di Melbourne
Sekuel Ketika Kau Hadirkan Dia

***

Bab Enam

Bab Enam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Ruangan dalam hotel itu didekorasi dengan indah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ruangan dalam hotel itu didekorasi dengan indah. Desain interiornya terlihat mewah, sekaligus elegan. Didominasi oleh warna putih dan cokelat tua yang hangat dan sedikit paduan warna emas. Para tamu undangan sudah banyak yang datang. Bahkan, ayahnya hadir dengan jas berwarna silver. Lelaki paruh baya itu tengah asyik berbincang dengan beberapa orang, sementara telapak tangannya menggenggam gelas bertubuh tinggi yang mungkin berisi ... sampanye?

Ayahnya melambai ke arah Gabriel, meminta dirinya untuk bergabung. Gabriel menepuk Fedrick yang sedang asyik memakan kue. Mulut penuhnya tidak bisa bersuara, sehingga Fedrick mengacungkan ibu jarinya, memberikan persetujuan. Gabriel lalu meninggalkan lelaki itu dan melangkah ke arah ayahnya yang tengah menatapnya dengan senyum mengembang sempurna.

"Ini Gabriel, putraku." Terrence Stanley mengenalkan anak semata wayangnya. Telapak tangannya menepuk-nepuk bahu Gabriel. "Sekarang ia yang mengelola bisnisku sehingga menjadi semakin pesat!" Bola matanya yang berwarna biru gelap berkilat-kilat bangga.

Gabriel menaruh perhatiannya kepada beberapa orang yang berdiri di depannya. Ia membungkuk dan mengulas senyum sopan. "Senang sekali bisa berkenalan dengan Anda semua, Tuan." Ia memutuskan untuk ikut berbasa-basi sebentar sebelum kembali menemui Fedrick yang entah sudah hilang ke mana.

Acara inti sepertinya sudah berlangsung. Gabriel memang tidak berniat untuk datang, tetapi ia rasa masih harus menjaga nama baik ayahnya. Gabriel melangkah menghampiri Edd, yang jika dilihat dari raut wajahnya tidak bersahabat begitu melihat dirinya datang. Namun, Gabriel tetap saja mengucapkan selamat kepada lelaki itu. Tatapan yang diberikan oleh Edd terlihat begitu menusuk. Mungkin lelaki itu merasa kesal adiknya sudah ia tolak mentah-mentah. Gabriel tidak peduli. Ia malah pergi mencari Fedrick yang ternyata tengah duduk di dekat meja dengan segelas sampanye.

"Mungkin sebaiknya kita pulang sekarang." Gabriel sudah tidak betah di sini. Masih ada urusan yang harus ia selesaikan. Ia ... harus mengetahui kabar wanita itu. Yang masih ia kurung di apartemennya hingga kini. "Kau sudah terlalu banyak minum, ya? Kalau begitu biarkan aku yang menyetir." Ia tidak ingin mengambil resiko jika membiarkan Fedrick yang mengambil alih kemudi.

Sekeping Luka di Melbourne (Sekuel Ketika Kau Hadirkan Dia) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang