Sekeping Luka di Melbourne
Sekuel Ketika Kau Hadirkan Dia***
Bab Tiga
***
Restoran mewah dan pelayanan kelas atas yang ia rasakan saat ini seharusnya bisa membuat Hara merasa senang, atau setidaknya akan tersanjung. Namun, yang terjadi malah sebaliknya. Ia sama sekali tidak tersenyum. Wanita itu duduk dengan tidak nyaman. Hal yang wajar terjadi karena sekarang ia sedang bersama dengan lelaki asing. Hara mengenal lelaki itu beberapa waktu lalu. Pertemuan tidak sengaja yang kurang baik. Hara bahkan enggan untuk mengingatnya.
"Aku ingin menu terbaik di restoran ini." Suara Gabriel menelusup ke telinga Hara. Lelaki dalam balutan jas rapi itu terlihat begitu angkuh, tetapi sekaligus penuh wibawa. "Bawakan aku dua porsi hidangan terbaik. Dengan minuman paling enak yang kalian punya dan makanan penutup yang paling terkenal di sini." Gabriel dengan penuh rasa percaya diri mengatakan hal itu.
Hara terdiam, ia mengembuskan napas. Baiklah, sepertinya ia sedang berhadapan dengan seorang Bos di kota ini. Wanita itu memutuskan untuk tidak berkata apa pun. Ia tidak ingin berdebat lagi. Sebab rasanya apa pun yang mereka bahas pasti akan berakhir dengan perdebatan. Itu sangat menyebalkan.
"Baik, Tuan Gabriel." Waitress itu membungkuk sopan. "Dimohon untuk tunggu sebentar. Kami akan melayani Anda dengan sangat baik."
Gabriel mengangguk. Wajahnya yang terlihat angkuh membuat perut Hara terasa mual. Ia ingin muntah sekarang. Namun, lelaki itu dengan santai malah menyeringai ke arahnya. Hingga Hara memalingkan wajah. Hal yang mengundang senyum di bibir Gabriel tercetak jelas. Ia suka perempuan sombong seperti ini.
"Kau tenang saja. Aku tidak akan meminta ditraktir olehmu." Gabriel berkata dengan santai. Lelaki itu meraih botol berisi minuman yang tersedia dia meja. Mengambil cangkir dan mengisinya. "Wajahmu terlihat sangat tegang sekali." Tawa lelaki itu tersembur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekeping Luka di Melbourne (Sekuel Ketika Kau Hadirkan Dia)
RomanceKematian suaminya ... hal paling menyakitkan sepanjang hidup Hara Azzahra. Sebab dia telah kehilangan separuh hatinya. Seolah semua harapannya hancur. Sekarang, dia hanya bisa hidup dengan diliputi ketakutan akan harapan. Hingga takdir membawanya p...