Bagian 35

175 22 0
                                    

"Sekeping Luka Di Melbourne"
Sekuel Ketika Kau Hadirkan Dia

Bab Tiga Puluh Lima
***

"Kenapa ia pergi meninggalkanmu, Gabriel? Tolong jelaskan semuanya secara detail. Kau membuatku bingung." Hara mengeluh.

Gabriel meraih garpu dan pisau, hendak memotong daging salmonnya. Tetapi tentu ia mengurungkan niat itu dan menatap ke arah Hara setelah menghela napas pelan. "Sebaiknya kau nikmati makanan itu segera sebelum mendingin, Nona." Gabriel mulai terlihat tidak nyaman dengan pertanyaan yang terus diajukan oleh Hara.

"Gabriel, kau curang!" Hara mengacungkan garpu ke arah Gabriel dengan tatapan kesal. "Aku akan makan setelah kau cerita semuanya. Mengerti?"

"Nona ... " Gabriel sebenarnya tidak ingin menceritakan semuanya, karena bagaimana pun semua itu hanya masa lalu. Toh Gabriel juga sudah melupakannya. Namun, melihat wajah Hara yang cemberut akhirnya ia pun menghela napas lagi, untuk kesekian kali. "Ia berkhianat, Nona. Ia pergi bersama lelaki lain dan bahkan sudah mengandung anak dari lelaki itu. Dan aku tidak suka apabila diminta untuk kembali mengingatnya."

Hara menatap Gabriel, lalu mengangguk pelan. "Baik, terima kasih karena kau sudah mau jujur kepadaku. Itu lebih penting dari apapun, Gabriel. Sebab aku trauma dengan hubungan yang di dalamnya berisi kebohongan. Dan kurasa kau pun juga, bukan?"

Memang benar, mereka sama-sama tersakiti karena sebuah kebohongan. Maka Gabriel pun memutuskan untuk mengangguk pelan. "Aku akan berusaha untuk tidak pernah menyakitimu, Nona."

"Aku juga, Gabriel."

Ada senyum kecil di bibir Gabriel ketika mendengar kalimat Hara. Sebab wanita itu memang jarang sekali bersikap manis di depannya. Justru Hara selalu ketus apabila berbicara dengan dirinya. Dan kalimat pendek tadi termasuk kalimat yang manis.

"Ayahmu meminta kita untuk makan malam bersama. Jadi kurasa sekarang kita tidak perlu terlalu kenyang."

Gabriel mengangguk. "Tetapi Nona asal kau tahu. Ayahku tidak akan memaksa jika kita tidak mau makan malam bersama. Tetapi aku tidak akan bisa mengelak dari kakek. Beliau lebih ganas dari ayahku."

"Hei!"

"Apa?" Gabriel menatap Hara dengan santai. "Apakah sekarang karena kau sudah menjadi cucu kesayangannya maka kau akan membelanya?"

Namun, Hara tidak langsung menjawab. Memang benar ia pun tidak bisa mengelak dari Tuan Stanley tua itu. Buktinya kemarin ketika ia menolak untuk bermain golf, lelaki tua itu terus saja memaksa. "Baiklah, baik. Kau memang benar."

Gabriel menatap Hara dengan bingung. "Benar untuk kalimat yang mana?"

"Ah, yang pertama tentu saja. Tuan Stanley  ... memang ganas."

Dan Gabriel tidak tahan untuk tidak terkekeh keras mendengarnya. "Seandainya tadi aku merekam perkataanmu dan menyampaikannya kepada kakek," kata lelaki itu, lalu kembali terkekeh.

"Dasar lelaki menyebalkan!" Hara mendengkus pelan dan menatap tajam ke arah Gabriel. "Aku juga bisa melakukan hal yang sama terhadap dirimu."

"Silakan saja," kata Gabriel santai seraya kembali memotong daging salmonnya. "Itu tidak akan berpengaruh apa pun karena kakek tidak pernah peduli dengan ucapan yang keluar dari mulutku. Tetapi sepertinya lain jika kalimat tadi keluar dari mulutmu. Ia pasti akan kepikiran dengan ucapanmu." Gabriel tidak jadi menyuap irisan daging salmonnya. Ia malah terbahak dengan keras.

Sekeping Luka di Melbourne (Sekuel Ketika Kau Hadirkan Dia) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang