Bagian 15

179 30 2
                                    

Sekeping Luka di Melbourne
Sekuel Ketika Kau Hadirkan Dia

***

Bab Lima Belas

***








Masih mengenakan jubah tidur panjang yang lengkap dengan kerudung, Hara melangkah pelan turun dari kasurnya saat bel apartemen berbunyi. Sekarang, sosok Gabriel sudah berdiri tepat di depannya dengan senyum penuh mengembang. Sayangnya Hara tidak membalasnya. Ia memang tidak berniat pergi ke rumah lelaki itu. Oleh sebab itu Hara pun memutuskan untuk tetap mengenakan jubah tidur.

"Ayo segera bersiap, Nona!" Gabriel masih tetap tersenyum, memamerkan jajaran gigi putih yang tersusun rapi. Ia melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan. "Aku bersedia menunggumu."

Namun, dengan santai Hara malah menguap pelan. Ia menggelengkan kepala. "Aku tidak ingin makan malam denganmu, Gabriel. Kau lihat sendiri aku mengantuk sekali, bukan?" Omong kosong, padahal jarum jam baru saja menyentuh angka tujuh. Ia bahkan terbiasa tidur pukul sebelas malam. Hara kembali menguap pelan, lalu menggerakkan telapak tangan sambil lalu. "Lebih baik sekarang Anda pulang, Tuan. Terima kasih untuk tawarannya." Padahal ia memang sudah mengirimkan pesan penolakan kepada lelaki itu, tetapi sepertinya Gabriel sengaja tidak membalasnya.

Gabriel menatapnya dengan tatapan penuh senyum. Lelaki itu memandang Hara dengan senyum penuh yang juga ada di bola matanya. "Nona, bahkan ayahku sudah menyiapkan segala hal untukmu," katanya dengan nada dibuat sendu. Sepertinya lelaki itu memang pintar akting sekarang. "Aku yakin Tuan Stanley akan sangat kecewa denganmu," sambung Gabriel dengan senyum kecil di bibirnya.

Oh, sungguh Hara bahkan sama sekali tidak peduli dengan tanggapan Tuan Stanley terhadap dirinya. Ia tidak pernah berharap akan dipandang baik oleh lelaki paruh baya itu. "Gabriel ... aku benar-benar tidak ingin pergi keluar malam ini," erangnya dengan nada malas, sekaligus jengah.

"Ra?" panggil Gabriel dengan nada pelan. Ia sudah mengurus semuanya dengan baik. Makan malam dengan lampu-lampu indah, lilin, hidangan terbaik, kue-kue enak, minuman mahal hingga iringan musik dari musisi terkenal. Bahkan, malam ini semua anggota keluarganya bersedia untuk ikut. Mengesampingkan pekerjaan mereka. "Apakah kau yakin tidak ingin makan malam denganku?" Jika jawaban Hara 'yakin', maka Gabriel akan sangat kecewa. Meskipun ia tidak akan putus asa begitu saja.

Hara terdiam, cukup lama. Sebelum wanita itu memutuskan untuk pergi meraih cangkir dan mengisinya dengan air. Tenggorokannya mendadak kering dan  ... tercekat. Ia bahkan kesulitan untuk menggapai stool untuk ia duduki. "Aku ... " katanya dengan nada lirih. Kenapa ini? Mengapa ia kesulitan hanya untuk menolak lelaki itu? Padahal tadi sudah dengan begitu lantang ia telah berhasil mengatakannya. "Sudahlah, Gabriel." Ia menghela napas. Lalu meneguk air lagi.

"Jangan membuatku mengambil keputusan sendiri, Nona. Atau kau akan menyesal." Gabriel sudah tidak tahan lagi. Ia meraih ponsel, menghubungi para bodyguard yang sudah berjaga di depan. "Bawa Nona itu ke mobil," katanya sebelum berlalu pergi dari sana. Gabriel menghela napas pelan.

Hara tertegun. Apa-apaan ini? Ia sudah hampir tergugah dengan sikap lembut lelaki itu tadi? Jika Hara tahu Gabriel masih menyimpan sikap sombong dan dinginnya itu, ingin sekali rasanya ia melemparkan cangkir dalam genggamannya ke arah Gabriel. "Lelaki Australia," erang Hara dengan nada pasrah. Ia hanya bisa menatap hampa ke arah tiga lelaki berbadan kekar yang kini menatapnya. Bagaimana mungkin ia bisa lolos dari mereka? Dengan pasrah Hara pun mengembuskan pelan. Tidak ada pilihan lain.

***

Istana keluarga Stanley itu luar biasa mewah. Hara yakin sekali jika rumah ini pasti seluas stadion bola, atau bahkan mungkin lebih. Dengan tiang-tiang besar yang menjulang tinggi. Plafon yang diukir indah, serta lantai berlapis marmer. Ia bahkan melihat ada banyak lilin dan lampu kecil menghiasi ruang makan. Para pelayan yang berlalu-lalang menghidangkan makanan. Bunga-bunga dalam vas besar yang tampak indah. Instrumen musik yang begitu lembut untuk didengar. Serta para anggota keluarga berpakaian rapi yang kini menatapnya dengan pandangan penuh.

Sekeping Luka di Melbourne (Sekuel Ketika Kau Hadirkan Dia) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang