Prolog

1.5K 64 8
                                    

Sekeping Luka di Melbourne
Sekuel Ketika Kau Hadirkan Dia

**

Prolog

Apakah kau tahu? Rindu yang menekan dengan kuat itu disebut penyiksaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Apakah kau tahu? Rindu yang menekan dengan kuat itu disebut penyiksaan. Dan aku sekarang sedang tersiksa.


Melbourne, Australia.

Lembayung senja terlihat, menciptakan karya alam yang indah dipandang mata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lembayung senja terlihat, menciptakan karya alam yang indah dipandang mata. Semilir angin berembus pelan, terasa sejuk membelai wajah. Permukaan air di bawahnya beriak tenang, menciptakan kedamaian. Namun, semua itu berbanding terbalik dengan perasaannya saat ini yang hancur berantakan. Tidak lagi memiliki bentuk. Entah sudah berapa banyak goresan di sana. Sekarang, hatinya benar-benar terluka. Ia bahkan mungkin kehilangan indera perasa. Kini hatinya kebas. Goresan-goresan itu membuat banyak urat kecil di hatinya terputus. Ia kini sadar bahwa pikiran dan hatinya sudah tidak lagi sinkron. Dirinya seolah seperti zombie. Hidup, tetapi tidak benar-benar hidup.

Seharusnya sekarang ia tidak berada di sini. Seharusnya ia tidak menuruti permintaan lelaki itu. Dan ... seharusnya mereka tidak pernah kenal. Semua terjadi karena perasaan takutnya. Hingga ia memutuskan pergi, untuk melupakan semua masa lalu di Indonesia dengan terbang jauh ke Australia. Sekarang di sinilah ia, berdiri sejajar dengan lelaki yang kemarin baru saja mengatakan perasaan cinta terhadapnya. Apa? Tunggu dulu   ... cinta? C-i-n-t-a? Bahkan kata itu sekarang terasa asing untuk ia ucapkan. Terasa asing untuk ia dengar. Dan terasa asing untuk ia rasakan.

"Bukankah kau berjanji akan menceritakan semua kepadaku sekarang?" Lelaki itu berbicara. "Sekarang kita sudah di sini. Nona, Queens Bridge menantimu untuk bercerita. Apa lagi yang kau tunggu?" Matanya yang berwarna cokelat kelabu, bersinar terang menatap Sungai Swan di bawah mereka. Menatap permukaan air yang memantulkan cahaya rembulan.

Perempuan itu mengembuskan napas. Meraup wajah dengan lelah. Menyeret bola mata untuk fokus menatap riak air yang memantulkan cahaya dari langit. "Aku ... tidak tahu harus memulainya dari mana." Sekarang ia melempar pandangan jauh ke depan. Menerawang. "Semuanya berawal dari kedatangan suamiku. Ternyata Allah SWT mendengar suara hatiku. Yang aku sendiri bahkan tidak pernah berharap jauh akan kedatangannya."

Sekeping Luka di Melbourne (Sekuel Ketika Kau Hadirkan Dia) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang